Aku masih
menjadi mahasiswa dengan semester 4 di salah satu PTS kota Jogya , dimana aku
saat kuliah dari semesrter1 sampai sekarang ngekostku di rumahnya janda yang
mempunyai usaha toko bernama Tante Mona umurnya sudah berkepala 4 , dia
ditinggal suaminya karena sakit , katanya tetangga tetangga waktu muda tante
Mona pekerjaannya adalah menjadi hostes.
Tante Mona
sangat cantik dan menjaga tubuhnya sehingga dia tampak seperti berumur 30
tahun. Dia juga berpenampilan seksi, suka memakai celana kaos ketat dan
tank-top.
Ceritanya
berawal ketika suatu hari aku sedang onani di kamar mandi dan ternyata lupa dikunci.
Ternyata Tante Mona menontonnya dan setelah aku orgasme, aku kaget melihatnya.
“Wan,
kelihatannya asyik ya.. mendingan lain kali minta bantuan Tante pasti lebih
enak.”
Aku jadi
malu berat dibuatnya, “Maaf Tante, saya lupa menutup pintunya.”
“Nggak apa
kok Wan, kan kamu sudah dewasa dan wajar melakukannya. Tante juga sudah sering
lihat yang begituan kok”, katanya sambil senyum.
Beberapa
hari kemudian aku disuruh bantu-bantu di tokonya dan tanpa segan-segan aku
membantunya hingga malam Tante Mona memintaku untuk menemaninya dan aku disuruh
menginap di situ, memang di tokonya ada dua kamar di lantai dua (ruko) dan
kamar tersebut kadang ditempati Tante Mona bersama anaknya.
Tante Mona
mengajakku makan bersama dan minum wine dan aku tidak mengerti kok aku bisa
sampai tidak sadar, mungkin dicampur obat tidur.
Paginya
Tante Mona membangunkanku bahkan harus sampai disiram, aku disuruh cepat-cepat
pulang kost dan merahasiakan kalau aku tidur di ruko. Aku menurutinya dan
malamnya setelah toko tutup Tante Mona mengajakku berhubungan intim.
“Wan, Tante
minta malam ini kamu puasin Tante ya.”
Karuan saja
kutolak karena aku memang belum pernah gituan dan takut meskipun aku sering
nonton BF.
“Maaf Tante
saya nggak berani”, kataku sambil gugup. Tante Mona mengancam dan Tante Mona
memutar videoku sedang tidur bugil. Tante Mona bilang tadi malam saat tidur
menelanjangiku dan merekamnya dengan Handycam.
“Tante akan
menyebarkan rekaman ini jika kamu nggak mau melayani Tante kecuali kamu mau
melakukan yang Tante minta. Percaya Tante deh, toh Tante juga menjaga nama baik
Tante jadi ini akan jadi rahasia kita berdua.”
Akhirnya
karena takut dan polos aku melayaninya. Dari situ aku tahu ternyata Tante Mona
maniak seks, Tante Mona pertama minta mandi Caty (dijilati tubuhnya dari ujung
kaki sampai ujung rambut) dan Tante Mona minta aku menjilatinya liang
kewanitaannya sampai berjam-jam setiap aku berhenti Tante Mona menjambak
rambutku dan menekan kepalaku ke liang sorganya.
Pengalaman
pertamaku menyentuh wanita apalagi menjilati seluruh bagian tubuhnya, dalam
keterpaksaan itu aku sampai menangis.
“Sudah
Tante.. sudah”, sambil nafasku tersengal-sengal.
“Aghh..
jangan lepas. Teruss.. teruss!”
Tante Mona
terus menjepit kepalaku dengan kedua pahanya yang kencang. Aku dapat merasakan
harumnya kemaluan Tante Mona. Aku sendiri merasa nikmat sekaligus takut. Dia
menyuruhku tidur di sofa dan Tante Mona menduduki wajahku sehingga aku dipaksa
menjilati kelamin dan anusnya.
“Aghh.. enak
sekali Wan”, katanya sambil memutar-mutar pantatnya di atas wajahku yang sudah
basah karena cairan kewanitaannya. Pantatnya yang hangat dan kencang itu
menindih wajahku sehingga aku sampai susah bernafas.
Jika Tante
Mona tidak merasa puas atas pelayananku ia suka sekali menampar, mencakar,
menjambak, meludahi. Setelah itu Tante Mona mengambil posisi 69 dan kami saling
mengoral. “Ayo Wan, kamu bisa lebih panjang lagi”, katanya sambil menarik-narik
kemaluanku dan memelintir pelirku.
Aku yang
kesakitan tapi merasakan sensasi yang luar biasa. Dalam mengoral, Tante Mona
seperti singa yang tidak diberi makan 3 hari. Sangat buas dan Tante Mona
mempermainkannya dengan sangat cekatan terampil, kadang menarik terus memutar
kadang mengocoknya dengan cepat terus perlahan.
Bahkan
pernah Tante Mona mengencingi wajahku sambil membuka mulutku.. lalu aku disuruh
menjilat air kencingnya yang tercecer di lantai. Entah kenapa lama-lama aku
malah menyukai mungkin aku termasuk sado masochocist.
Suatu hari
entah dari mana Tante Mona membawa alat-alat untuk seks sado masochist, ada
bola penyumpal mulut terus seperti kuas penggelitik, cemeti dari kulit,
pengikat leher seperti anjing, CD kulit yang berlobang di bagian depannya dan
pakaian seperti pasukan Romawi dulu.
Dia
menelanjangi dan mengikatku sambil merangkak Tante Mona berteriak-teriak
memecutiku dan menendang pantatku persis seperti anjing, dia sebar makanan di
lantai dan menyuruhku memungut dengan mulut bahkan menjilati ludah dan kencingnya
di lantai.
Di bagian
batang kemaluanku dia mengikatkan sebuah karet gelang yang ada kerincingnya
sehinga setiap kali merangkak berbunyi nyaring. “Ayo.. ayo kalau kamu mau jadi
anjing Tante yang setia harus nurut yang Tante perintahkan!” Tante Mona kadang
memperlakukanku seperti kuda, dengan mengikat leherku dan menunggangi
punggungku sambil memecut pantatku.
Sering juga
Tante Mona memasukkan sebagian pisang susu ke liang kewanitaannya dan
menyuruhku mengambil dan memakannya dengan mulut. Untuk menyumpal mulutku agar
aku tidak mengerang keras biasanya Tante Mona memakai CD-nya atau Carefree
Panty Shield.
Aku tidak
pernah punya kesempatan menggunakan batang kemaluanku, paling Tante Mona suka
sekali mengocoknya bahkan Tante Mona pernah mengocokku sampai orgasme 4 kali
dalam satu malam. Sampai batang kemaluanku lecet dan perih dan tangan Tante
Mona juga sampai pegal-pegal.
Tante Mona
sangat merawat batang kemaluanku, buktinya setiap habis main selalu dia
merendam dengan air hangat dan kadang dengan teh basi katanya agar batang
kemaluanku selalu kuat dan siap kapan saja.
“Masak cuman
bisa dua kali.. nih rasakan!” katanya sambil menyentil ujung kemaluanku.
“Aduh..
ampun Tante..” pintaku memelas.
Itulah yang
sering terjadi jika Tante Mona memaksaku orgasme berkali-kali. Dalam mengocok
Tante Mona juga kadang pakai sarung tangan, pakai foam/shampoo, odol, pakai
supit untuk mie dll, biasanya Tante Mona mengocokku sambil minta dioral seks
atau menjilati puting dan ketiaknya.
Yang paling
mengerikan, pernah Tante Mona memintaku memakan kotorannya (berak red) dan aku
tolak karena selain jijik juga takut sakit, untungnya Tante Mona mau ngerti.
Sampai
sekarang sudah hampir 2 tahun dan aku makin suka meski kadang aku sempat sakit.
Aku hanya merasakan kepuasan dan mengabaikan rasa sakit dan suatu saat aku
berangan-angan dapat bermain seks seperti itu dengan lebih dari 1 orang saja.
Kalau dari pembaca ada yang tertarik saya akan melanjutkan cerita saya. Silakan
kalau ada yang ingin memberi komentar.
