Namaku Erlan umur 42 tahun,
istriku bernama Leni umur 31 tahun tinggi 160 cm berat 58 kg.Aku telah
mempunyai anak satu orang putra umur 13 tahun dan putri 8 tahun.Kehidupan rumah
tanggaku baik-baik saja tanpa ada hal-hal yang membuat kami berselisih faham.
Cuma ada sedikit keanehan dalam diri istriku. Ada perubahan sikap dalam
beberapa hari belakangan ini. Baik dalam berbicara maupun dalam perilaku
sehari-hari. Kalau biasanya paling bawel dan rada emosi kalau ada masalah yang
membuatnya tidak senang.
Tetapi
sekarang sedikit agak diam , lembut dan bawaan tenang. Aku sebenarnya ingin mengetahui
apa sebab yang terjadi, tetapi aku kurang ingin tahu lebih banyak masalah
keadaanya. Hal itu aku biarkan dan seolah tidak terjadi apa-apa. Suatu ketika
aku melihat anaku yang paling besar pulang dari sekolah. Anakku yang besar
sudah SMP kelas 1 di sekolah negeri. Anaku pulang bersama temannya dari
sekolah, kulihat badannya sama tinggi dengan anakku kira-kira 158 cm dan
perawakan tubuhnya agak berisi dibanding anakku, kira-kira berat badannya 48-50
kg. Kulit anak tersebut sawo matang namun bersih.
Sepertinya anak tersebut
adalah kawan akrab anakku. Dan baru kuketahui anak tersebut bernama Dedi dan
sudah sering main ke rumah ketika aku sedang bekerja. Dan kalau aku lagi dinas
keluar kota atau ada pelatihan ke luar kota, anakku sering mengajaknya tidur di
rumah. Bedanya si Dedi anaknya ramah, supel, mudah bergaul dan pandai mengambil
hati orang dan lebih dewasa dan mandiri. Lain dengan anaku, sikapnya cuek,
belum dewasa, belum bisa mandiri, kurang bergaul dengan teman-temanya, dan
tidak dapat mengambil hari orang.
Sehingga kalau Dedi main ke
rumah atau tidur di rumahku, seperti gak ada apa-apa dan seolah masa bodoh.
Mungkin Dedi tau sikap anak lelakiku dan tau kalau ada sedikit kekurangan atau
juga tidak suka mengganggu orang lain jadi Dedi senang bermain dengan anakku.
Dengan sikap Dedi tersebut membuat istriku Leni simpatik, apalagi Dedi sering
membantu dirumah entah itu menyapu halaman, membersihkan kamar anak lelakiku
bahkan belajar bersama dan mengajari anak perempuanku belajar.
Karena sikapnya itu Dedi
seolah sudah dianggap istriku sebagai anaknya sendiri. Bukan hanya itu, karena
sikap kedewasaanya membuat istriku seolah ada tempat curhat mengenai sikap anak
lelakiku. Dan kalau aku perhatikan malah si Dedi justru lebih sering dekat
dengan istriku ketimbang anak lelakiku, entah itu duduk atau nonton TV, makan,
bahkan istriku masak, Dedi selalu ada di dekatnya.
Hal itu membuat istriku
semakin simpatik pada Dedi dan senang sekali dibuatnya. Dari pengamatanku itu,
aku seperti melihat keanehan dalam diri Dedi. Sepertinya ada sesuatu yang ia
inginkan atau yang rencanakan. Tetapi apa ? aku tidak dapat mengetahuinya. Malah
persahabatannya dengan anaku, sepertinya biasa-biasa saja tidak ada yang
istimewa, malah dengan istriku Dedi seolah menemukan teman wanita yang
dianggapnya istimewa atau paling spesial.
Dari keanehan-keanehan itu
membuatku menjadi penasaran ada apa dibalik kebaikan Dedi selama ini? Maka
untuk mengungkap perilaku Dedi, aku mempunyai rencana sendiri untuk dijalankan.
Dan rencana itu adalah aku berpura-pura akan keluar kota bersama teman selama
satu hari. Dengan dali itu aku ingin mengetahui apa yang terjadi. Keesokan
harinya ketika anak-anakku berangkat ke sekolah, sedangkan aku masih di rumah
dengan rencana telah disiapkan. Kubilang pada istriku.
“Mi … kalau mau ke pasar,
pergi saja dan bawa kunci. Nanti aku bawa kunci serep”
“Perginya jam berapa Pi?” tanya
istriku
“Bentar lagi, kira-kira jam
7” jawabku.
“Oh … iyalah kalau begitu
aku ke pasar dulu ya Pi” sahut istriku.
“Ya” jawabku yang lagi di
kamar mandi.
Setelah istriku pergi, aku
telah menyiapkan keperluan seperti sarung, baju trening, racun nyamuk, makanan
ringan buat persiapan. Sebab aku bukanya ke luar kota, tetapi bersembunyi di
atas loteng rumahku sebagai tempat pengintaianku. Di atas loteng aku tiduran,
karena sudah aku persiapan terlebih dahulu untuk mengintai dan tak lama
kudengar pintu rumah dibuka, dan rupanya istriku telah pulang dari pasar.
Kira-kira pukul 12.30 siang,
anak-anakku sudah pulang dari sekolah. Dan samar-samar kudengar ada suara yang
sudah hafal di telingaku yaitu suara Dedi. Ternyata Dedi datang lagi ke
rumahku. Setelah makan siang anak-anakku disuruh belajar siang setelah usai
makan siang, karena kalau malam jam 22.00 wib sudah wajib tidur. Setelah
belajar siang kurang lebih satu jam setengah, anak-anaku wajib tidur siang.
Dalam pengintaianku di atas loteng, kulihat Dedi yang tidak tidur siang.
Memang perumahan di mana
tempatku tinggal kalau siang agak sepi, sehingga suasana lingkungan menjadi
tenang. Dari atas loteng di mana plafon rumahku telah aku lobangi sebesar uang
seratus rupiah. Ada juga plafon rumah rusak karena bocor oleh hujan sehingga
tidak perlu aku lobangi. Kulihat Dedi duduk di sofa ruang tamu sendirian sambil
membaca buku pelajaran sekolahnya.Selang beberapa menit aku melihat istriku
datang dan duduk di dekat Dedi lalu berbicara.
“Lagi baca apa Ded ?”
“Ini Bu, Dedi lagi belajar
pelajaran Biologi, minggu depan kata Bapak guru ada ulangan harian, jadinya
Dedi mesti menghafal tentang tumbuh-tumbuhan, sifatnya dan lainnya.”
“Ded, Rio sudah kamu kasih
tau kalau ada ulangan minggu depan?” tanya Istriku.
“Sudah Bu“ jawab Dedi,
“makanya Dedi ngajak Rio
belajar bersama, karena Dedi perhatikan Rio susah sekali memahi hampir semua
mata pelajaran Bu. Karena Rio sudah Dedi anggap sebagai saudara, jadi Dedi
kasihan saja takut nanti Rio tidak dapat naik kelas.” Jelas Dedi sembari tetap
fokus akan buku pelajaran yang ia bacaTak lama kulihat istriku terdiam.
Tampak matanya sedikit
memerah dan tak lama butir-butir air menetes di kedua pipinya. Istriku kulitnya
putih agak kuning langsat, tinggi kurang lebih 160 cm, berat 58 kg. Rambut ikal
dan hitam sebahu, hidung mancung, mata bulat, dan bibir sedikit tipis. Wajah
cantik meski usia sudah berkepala empat. Bentuk payudaranya 36B dan pinggul
bulat dan besar dengan ukuran celana 34. Dedi terkejut melihat istriku
sesegukan, istriku menangis.
“Bu, ada apa?” suara Dedi
lembut bertanya “kenapa Ibu menangis?”Lalu istriku menjawab
“Ded, Ibu minta tolong
kepada kamu”
“Ya Bu, minta tolong apa?”.
Tanya Dedi sambil mulai memfokuskan dirinya kepada perkataan istriku.
“Ibu berharap kepadamu, tolong
bantu Rio dalam belajar. Rio, kalau Ibu lihat bayak kekurangan, baik dalam
belajar, kemauan, kemandirian, pergaulan dan kedewasaan.” ujar istriku dengan
mata mulai berkaca-kaca dan melawan emosinya,
“Jadi hanya kepadamu, Ibu
berharap Ded ! Karena kamu teman dekatnya yang bisa diajak ngobrol. Selama ini
Ibu merasa kuatir, bagaimana perkembangan Rio ke depannya” tambah istriku
sambil mengusap airmatanya yang mulai menetes turun dari kedua matanya,
“tapi syukurlah ada kamu
teman yang dianggapnya baik kepadanya.”Dengan berlinang air mata istriku
menyampaikan keluh kesah kepada Dedi.
Mungkin dengan anak itu dia
dapat menyampaikan isi hatinya. Dan Dedi seolah memahami apa yang dirasakan
istriku.
Dan dengan rasa ibanya
tangan kiri Dedi merangkul pudak kiri istriku kemudian Dedi memeluk istriku
sambil berkata,
” Bu, Dedi janji akan
membantu Rio sesuai keingan Ibu.Tidak hanya kepada Rio, kepada Icak juga Dedi
akan bantu dalam belajar.” Sambil dirangkul Dedi, pipi istriku diusap,
menghapus air mata istriku yang jatuh dipipinya.
Kepala istriku terjatuh di
pundak Dedi. Dedi terus membelai pipi dan rambut istriku. Seolah ada tempat
mencurahkan isi hatinya, istriku memejamkan matanya.Tidak hanya itu, Dedi
sedikit mulai berani mengecup kening istriku. Istriku hanya diam saja atas
kelembutan sifat Dedi.Dedi berkata lagi,
”Bu, Dedi janji akan
membantu Ibu, tidak hanya mengajari kedua anak Ibu. Tetapi apapun perkejaan di
rumah Ibu, Dedi akan bantu mengerjakannya.”Istriku berkata,
“Terima kasih Ded atas
kebaikan kamu. Ibu tidak dapat berkata apa – apa kecuali terima kasih
kepadamu.” ujar istriku sambil memeluk tubuh Dedi.
“Tidak apa-apa Bu, dengan di
ijinkannya Dedi main kesini, Dedi sudah senang.”balas Dedi sambil membelai
belai rambut panjang istriku yang tergerai.
“Bu …”, Ucap Dedi dengan
ragu tanpa melanjutkan kalimatnya.
“Ada apa Ded, Dedi mau
bicara apa?” jawab istriku
“Anu Bu, selama ini Ded,
kurang deket sama orang tua Dedi, terutama sama Emak.Emak Dedi, sering marah
saja. Ndak tau sebabnya, Mungkin keluarga Dedi kurang mampu, jadi mamak sering
marah-marah. Entah kenapa kalo sama Ibu, Dedi merasa nyaman, bahagia sekali.”
“Mungkin Mamamu, ada masalah
jadi kurang mood terhadap anak-anaknya.Nanti juga baik lagi Ibu yakin.” Jawab
istriku sambil tersenyum.
“Tapi jujur, bu. Ibu
orangnya baik, ramah tidak pemarah jadi Dedi sangat suka dan senang kepada Ibu.
Bahkan Dedi begitu sayang kepada Ibu.
“ Ujar Dedi kepada istriku.
“Aaah …. Kamu bisa saja Ded
!”,
“Ibu juga sering marah-marah
juga kok!” jawab Istriku.
“Kamu saja yang belom tau”
tambah istriku lagi.
“Bu … ”,
“Iya Ded?”,
“Boleh Dedi mencium Ibu ?”,
“Kenapa Dedi mau mencium Ibu
? ” tanya Istriku.
“Karena Dedi sangat sayang
kepada Ibu , Dedi juga menganggap Ibu sebagai ibu kandung Dedi !!!” jelas Dedi
kepada istriku dan membuat istriku tersenyum manis.
“Ded, Kamu menganggap Ibu
sebagai Ibu kandungmu dan Ibu juga menganggap kamu sebagai anak Ibu. Ibu tidak
keberatan kamu mencium Ibu” jawab istriku dan Dedi membuat Dedi ikut
tersenyum.Dari atas loteng tempat aku mengintip kulihat dengan pelan Dedi mulai
mencium kening istriku, Istriku pun memejamkan matanya.
Tidak hanya kening, ciuman
Dedi berpindah-pindah. Mata, hidung, dan kedua pipi istriku. Masih dalam
rangkulan tangan kiri Dedi, dan kepala istriku juga masih tersandar di bahu
Dedi. Sedangkan tangan kanan Dedi juga membelai wajah, rambut dan leher Istriku.
Kulihat juga bibir istriku agak sedikit terbuka, entah menandahkan apa. Apakah
suka atau rasa cinta terhadap anak atau perasaan yang lain.Tapi dengan jelas,
ciuman Dedi mulai merambat turun keleher putih istriku. Di daerah sekitar leher
putih istriku itu ciuman Dedi cukup lama. Disitu istriku mulai berguman dan
berbisik,
“Ded, Dedi sudah Ded …
jangan disitu Ibu geli Nak.“. Sehingga kini ciuman Dedi beralih naik kepipi dan
kening terus hidung istriku.
Dari atas dengan seksama aku
terus memperhatikan tingkah anak itu.Dan hatiku berkata ,
“Dari mana anak ini belajar
ciuman seperti itu? Di usia yang masih belia 13 tahunan sudah pandai beradegan
cium seperti itu. Apa ini pengaruh teknologi sekarang dan dunia internet yang
sedang menjamur?” Kini sedikit demi sedikit bibir Dedi sudah merambat turun dan
mendekati bibir istriku.
Dan cup cup bibir Dedi
mengecup bibir istriku. Kecupan sesaat itu setidaknya menyentakan hati istriku,
dapat terlihat dari gerakan bibirnya. Namun hanya sesaat, selanjutnya bibir
Dedi kembali mengecup bibir istriku kembali.Entah apa yang ada dibenak dan
pikiran istriku, terlihat bibirnya kembali terbuka dan menerima kembali kecupan
bibir Dedi. Dedi sepertinya mulai berani dan sedikit demi sedikit melumat bibir
mungil istriku. Istriku sepertinya tidak keberatan dengan lumatan bibir Dedi,
dan sepertinya istriku mengimbangi lumatan bibir Dedi. Maka terjadilah lumatan
lumatan bibir antara Dedi dan istriku.
Dari atas loteng sampai
kedengaran bunyi cucpp … cuuuppp … cuuupp. Sambil melumat bibir Istriku,
kuperhatikan tangan Dedi yang ada di pundak kiri istriku mulai bergerak turun.
Perlahan tapi pasti tangan itu bergerak turun, dan kini telapak tangan kanan
Dedi sudah berada di atas sebuah bukit. Yaitu bukit lunak istriku. Aku di atas
loteng cukup kaget melihat perilaku anak itu Manakala telapak tangan itu dengan
halus dan lembutnya sedikit mulai aktif bergerak gerak meremasi bukit kembar
istriku. Gerakan halus dan lembut telapak tangan Dedi diatas payudara istriku
itu membuatku sedikit tegang.
Maklum baru pertama kali ini
aku melihat anak yang masih muda belia sudah mengerti masalah sexual. Dengan
pelan telapak tangan Dedi mengusap-usap payudara istriku. Sejauh ini istriku
hanya diam dan terus melayani lumatan bibir Dedi, belum lagi usapan lembut telapak
tangan Dedi yang kini mulai berani meremas payudara istriku dengan lembut dan
pelan. Di atas sofa yang rendah berbentuk huruf L kedua anak orang yang berbeda
usia terus melakukan aksi cium dan melumat bibir.
Remasan jari-jari tangan
Dedi di payudara istriku yang masih utuh memakai daster warna putih dihiasi
bunga-bunga biru langit, seolah tidak disia-siakan oleh Dedi. Remasan-remasan
lembut namun intense dilakukan Dedi, membuat istriku sesekali berusaha
menjauhkan tangan Dedi dari dadanya. Namun usaha itu hanya sebatas memegang
tangan Dedi, tetapi sejauh itu tidak menepiskan tangan Dedi dari payudaranya
malah samar-samar aku mendengar gumaman dari mulut istriku yang tersumbat bibir
Dedi, Hmmmmmm…Aku jadi tambah tegang manakala jari-jari kecil Dedi, berusaha
melepas kancing-kancing daster istriku.
Istriku memang suka memakai
daster berkancing depan, entah karena apa aku juga tidak memasalahkannya. Yang
jelas daster yang dipakai istriku berkancing sampai ke bawah dadanya. Belum
lagi panjang daster yang dipakai istriku tidak seperti daster yang dipakai
hari-hari sebelumnya. Daster yang dipakainya tidak terlalu panjang sampai ke
pergelangan kaki, dan juga tidak terlalu pendek hingga ke pangkal paha. Tetapi
hanya sebatas lututnya saja. Walaupun begitu, bila duduk di kursi sofa agak
rendah, mau tidak mau pasti akan naik keatas bagian bawa dasternya.
Hal ini juga yang dialami
oleh istriku, bagian bawa dasternya naik kurang lebih 15 cm. Dan makin jelaslah
kemulusan dan putihnya kedua belah paha istriku.Ketika kancing pertama terbuka,
tampak jelas putihnya permukaan bagian atas dada istriku. Dan kancing kedua
terbuka, mulai terlihat lereng gunung kembar istriku walau belum tampak BH yang
dipakai istriku. Kini jari-jari Dedi, mulai menjamah kancing ketiga. Kancing
ketiga mulai dibuka dengan pelan dan lepas. Kini sudah terlihat BH warna putih
ukuran 36B yang dikenakan istriku. Kancing keempat juga mulai dilepaskan oleh
jari-jari tangan Dedi, semakin jelas gumpalan payudara istriku yang putih
menghiasi dadanya.
Dan kini kancing terakhir
mulai akan dilepas oleh Dedi, kancing terakhir itu kurang lebih lima jari orang
dewasa dibawa payudara istriku mulai dibuka oleh Dedi, dan akhirnya lepas lah
kancing tersebut. Bibir Dedi dan istriku masih bertaut seolah ular cobra yang
saling mematuk. Jari-jari Dedi sekarang mulai naik kepangkal leher istriku,
terus kembali turun dan turun lagi hingga menyentuh bagian atas payudara muluis
istriku. Kembali Dedi meremas remas payudara istriku dengan pelan dan lembut.
Kiri dan kanan payudara istriku diremas-remas oleh Dedi. Secara bergantian.
Payudara istriku masih terbungkus rapi oleh BH putih ukuran 36B. Payudara
istriku masih kencang walaupun sudah tidak muda lagi dan sudah mempunyai dua
orang anak.
Dedi sekarang telah
melepaskan lumatan di bibir istriku, sekarang dia mulai menciumi leher putih
istriku. Kini mulai kudengar desahan mulut istriku takala Dedi mencium
lehernya, di tambah jari-jari tangan kanan Dedi aktif meremas remas payudara
istriku.
“Oohhhhh …, Jaaa … ngaaaannn
nakkkk, tolong jangaaaannnn lakukan ini, ibu mohon Ded!!! Aahhhhhh Ded,
sudaaaahhhh laaahhhh, awwwwwhhhh …. “, lenguh istriku terputus putus karena
kebimbangan antara menikmati atau menyudahi pemainan anak kurang ajar ini.
Bibir Dedi pun sekarang
mulai bergerak turun, tidak hanya dileher, tetapi mulai menelusuri bagian dada
istriku. Lereng bukit kembar istriku tidak luput dari ciuman dan
kecupan-kecupan halus. Belahan payudara istriku tidak luput dari sapuan bibir
kecilnya. Reaksi istriku bukannya menolak atau menjauhkan wajah dan kepala
Dedi, namun seolah membiarkan apa yang dilakukan oleh Dedi.Jari-jari tangan
Dedi, mulai menyusup ke balik BH putih istriku, tak lupa jari itu
meremas-remasnya benda kenyal yang tergantung indah di dada istriku.
Dengan gerakan perlahan dan
lembut, Dedi menurunkan tali BH istriku baik kiri dan kanan, dan dengan gerakan
yang sedemikian pelannya akhirnya tali BH itu turun dari pudaknya dan sekarang
jatuh di lengan kiri dan kanan istriku. Dan dengan tetap kelembutannya Dedi
membuka cup BH putih itu dan bullll! bullll! kiri dan kanan payudara istriku
terpampang cukup jelas dan menantang. Memang kuakui, walau tidak muda lagi,
namun bentuk payudara istriku tidak menggantung seperti kebanyakan ibu-bu rumah
tangga lainnya.
Tetapi masih cukup kencang,
padat dan urat-urat biru cukup jelas terlihat. Bentuk putingnya tidak hitam,
tetapi warnanya merah hati, begitu juga lingkaran disekeliling puting susunya
juga berwarna merah hati. Puting susu istriku lumayan besar, seukuran ibu jari
orang dewasa. Aku yang bersembunyi di atas loteng terus memperhatikan perilaku
Dedi, bocah perusia 13 tahun itu semakin tegang. Apalagi di bawah sana istriku
mulai terdenger desahan-desahannya.
“Oohhhhh …. Dedddddd, Jaaa
jjaaaannnggaaannn Deddddd .. awww…..saadarr lahhh nakkkk, Janggannn lakukan
inniii …” Istriku terus merintih dan memohon agar Dedi menghentikan
aksi-aksinya.Namun aksi Dedi terus berlanjut, bibir Dedi sudah mendekat ke
puting susu istriku dan suuppp, puting susu istriku diemut-emut oleh Dedi.
Selanjutnya istriku semakin
merintih rintih.
“Awwwhhhh Ded … sudaahhh
lahhh nakkkkk, Cuukupp, …. hentikan, sadarlah nak, nanti dilihat Rio. Hmmnghhh
Awwwwhhhh Ded “. lenguhan istriku berusaha menghentikan perbuatan pemuda ini
walau lebih terlihat seperti rancau kenikmatan.
“Bu, Dedi cuma ingin tahu
saja apakah masih ada air susunya apa ngga.” balas Dedi sambil terus mengenyot
gemas payudara istriku.
“Ded, Ibu sedang tidak
mempunyai adik bayi jadi tidak ada air susunya. Jadi sudahla nak, ibu takut
dilihat oleh anak-anak ibu dan dilihat oleh orang” ujar istriku.
“Tapi Bu, Dedi ingin
merasakannya saja, Dedi mohon Bu “, ucap Dedi sambil memilin milin dada istriku
yang bebas dari emutan nakalnya.
“Oooohhhh Ded, Ibu takut nak
… eemnghhh”ujar istriku di sertai lenguhan panjang.Dan akhirnya istriku tidak
dapat berbuat banyak selain membiarkan aksi Dedi dikedua payudaranya.
Kiri dan kanan payudara
istriku diemut dan diremas-remas oleh jari tangan Dedi, dam desahan serta
rintihan dari mulut istriku terus terdengar halus. Sepertinya jari tangan Dedi
mulai merambat turun, kalau tadi masih meremas-remas payudara istriku yang
sangat kencang itu, kini mulai menyusuri bagian perut istriku. Walau masih
terbalut daster yang tergantung di kedua lengannya, tetapi terlihat dari luar
daster, perut istriku sedikit rata tidak seperti ibu-ibu lainnya Jari-jari
tangan Dedi terus turun dan turun, hingga sekarang jari tangan Dedi sudah
berada di pangkal paha bagian luar istriku.
Sambil tetap mengemut-emut
payudara istriku, Tangan kanan nya ikut aktif mengelus-elus paha putih istriku.
Elusan-elusan lembut jari-jari tangan Dedi, membuat tubuh istriku
bergerak-gerak dan mengelinjang seperti cacing kepanasan. Entah itu kegelian
atau ada perasaan lain, namun akibat elusan itu mau tidak mau daster bawah
istriku mulai naik ke atas. Aku yang melihat dari atas bertambah tegang, tak
kusangka temannya Rio bisa sepandai dan seliar dari apa yang kubayangkan.
Istriku bertambah gelisah dan merintih.
“sudahhhhhh cuuukkkppp
hentikan nakk … kita sudah terlalu jauh …Ingat nakkkk! saddaaaarrrr Awwhhhh”
rancauan istriku akibat permainan liar Dedi.
Dedi seperti tidak
memperdulikan rintihan dan permohonan memelas istriku. Jari-jari tangannya
terus mengelus-ngelus paha istriku,baik kiri dan kanan. Bagian luar dan dalam
pun tidak luput dari jamahan jari-jari Dedi. Jari-jari tangan Dedi, terus
dengan intense mengelus bagian luar dan bagian dalam, hingga waktu jarinya
masuk kebagian dalam paha istriku. Tangannya pun ikut terus merambat naik dan
masuk ke bagian dalam, hal itu membuat buat istriku terus memohon kepada Dedi.
“ampun Ded” …… Jangan nak,
hentikannnnn … sudahhh, cukup … hentikaaann, ooohhhhh … Ded … Dedi sudahlah nak
… Iiiiiiihhhhhh” jerit istriku dengan lirih.
Teriakan kecil istriku
memang sangat kecil, Sebab istriku mungkin sadar atau takut perbuatan
merekaakan terdengar ke tetangga kiri dan kanan rumah kami, dan juga takut akan
membangunkan anak-anakku yang sedang tertidur pulas. Tubuhnya bergerak gerak
kekiri dan kanan kadang pinggulnya terkadang keatas. Rasa geli dan perasaan
lain mungkin melanda dirinya. Tetapi sejauh ini tidak ada usaha untuk
menjauhkan diri atau lari dari kenakalan Dedi. Hal ini bisa aku mengerti,
disamping tangan kiri Dedi masih merangkul bahu istriku, belum lagi mulut Dedi
tidak henti hentinya mengisap-isap puting susu istriku, ditambah jari-jari
tangan kanan Dedi bergerilya di bagian bawa daster istriku.
Entah apa yang ada di dalam
diri istriku, jika tadi gerakannya tubuh agak keras, kini mulai agak tenang.
Gerakan kedua pahanya yang tadi kuat menjepit tangan Dedi agar tidak terlalu
jauh masuk ke dalam pangkal pahanya. Namun sekarang sedikit melonggar, bahkan
mulai mengikuti apa yang dilakukan oleh Dedi, ketika menggerakan tangannya
melebarkan paha kiri atau kanan istriku. Semakin terbuka kedua belah paha
istriku, semakin tampak secarik kain putih yang melekat di antara kedua paha
bagian atas istriku.
Jari-jari tangan Dedi terus
merambat naik dan naik, kemudian tak lupa mengelus-elus kedua paha bagian dalam
istriku kiri dan kanan. Dan kembali lagi jari-jari tangan Dedi bergerak naik
hingga menyentuh celana dalam warna putih bagian atasnya. Di bagian atas celana
dalam istriku jari-jari Dedi semakin berani bergerilya. Kadang ke samping kiri
dan kanan kadang keatas perut, kadang kembali lagi ke bagian atas celana dalam
istriku. Dalam balik celana dalam warna putih istriku, terdapat rimbunan rumput
warna hitam lebat nan keriting. Jari tangan Dedi, kembali bergerak-gerak dan
kini jari itu mulai menelusuri kebagian bawa celana dalam istriku.
Sambil bergerak jari-jari
Dedi, mengusap dan menekan bagian tengah selangkangannya. Dibagian itu jari
Dedi berputar-putar lembut, hingga istriku kembali merintih dan mendesah sambil
pinggulnya diangkat seperti kegelian.
“Oooohhhhh. … Dedi …
Sudaaaahhhh Ded …jangan terlalu jauh Ded, ibu malu, Ded kalau ada yang
merlihat, aduuuuuuhhhh “ …….. Ibu mohon nakkkkk…hentikan.” Rancauan istriku
yang membuatku sedikit geram, namun sedikit membuat diriku merasakansuatu
sensasi yang seharusnya tak kurasakan saat melihat istriku di gauli orang lain.
###################Suara
hati Dedi
“Ya … ampun sungguh
kegilaanku ini sudah terlalu jauh, Tapi kenapa aku terus melakukan ini,
Tapiiiiiii… Aahhhhhhh … aku hanya menuruti kata hatiku dan pikiran saja.
Sungguh aku tidak membayangkan dapat berbuat seperti ini, tapi sebagai seorang
laki-laki, aku perlu tau apa itu perempuan, tentang sifatnya, tentang,
kemauannya, tentang rahasia dirinya, apalagi tentang bagian-bagian perempuan
yang belum pernah aku bayangkan bahkan ku sentuh selama ini.” ujar hati kecilku
yang saat ini sedang berkecamuk
“Ibu Leni ini, sungguh sama
sekali tak kusangka selain cantik, tubuhnya memang indah, kulitnya halus dan
kencang walau sudah berusia dan punya anak dua. Tanganku sedari tadi menelusuri
tengah-tengah bagian luar celana dalam Ibu Leni. Aku baru merasakan kehalusan
kulit Ibu Leni.” kataku mengagumi kemolekan tubuh moleh seorang ibu rumahtangga
yang sedang kugauli.
“Gila bener ini! Aku jadi
gemeteran melakukan ini! tadi Ibu Leni berkali-kali memohon untuk kuhentikan
perbuatanku terlarang ini. Tapi rasanya aku tidak bisa melakukan itu, sebab aku
sudah merasakan hal yang lain yakni gairah seorang lelaki muda, yang pingin
tahu hal-hal yang berbau sex. Apalagi kesempatan ini baru aku alami sekarang.”
bisikan jahat dalam pikiran nya untuk membenarkan perbuatan nya ini.
Jari-jariku pingin tahu dan
pingin menelusuri apa yang ada di dalam celana dalam warna putih milik Ibu
Leni, Ibu sahabatku Rio. Pelan-pelan sekali aku mengusap-usap belahan tengah
celana dalam Ibu Afreny, lalu jariku bergerak naik. Aku merasakan halus dan
empuknya bagian atas celana dalam seorang wanita,. sepertinya dibagian itu sama
seperti punya aku. Rambut hitam yang selalu tumbuh disetiap kemaluan baik perempuan
dan lelaki. Sepertinya rambut milik Ibu Leni sangat lebat sekali. Membuatku
makin aku penasaran, aku naikan jari tanganku keatas dan pas dikaret celana
dalam warna putih itu, aku selipkan kelima jari-jari ku.
Aku semakin gemetar manakala
aku merasakan lembut dan lebatnya rambut hitam milik Ibu Afreny. Ibu Leni
menggerakan pinggulnya, entah karena apa aku pun tak mengerti. Aku teruskan
saja sambil ku usap-usap, terus turun lagi hingga menyentuh daerah yang paling
dicari oleh lelaki, terutama aku yang baru pertama kali menyetuh daerah itu.
Aku merasakan memek Ibu Leni hangat dan sedikit terasa licin. Licin karena apa
aku kurang paham. Namun aku terus saja meraba-raba memek Ibu Afreny. Ibu Leni
semakin merintih dan mendesah, sehingga membuat ku bimbang rntah memang karena
ingin aku berhenti atau memang ingin aku terus melakukan hal ini.
Jari-jariku semakin sering
aku gerak-gerakan naik dan turun, aku merasakan bertambah licin daerah memek
Ibu Afreny. Tanpa aku sadari sedari tadi. batang kontolku sudah lama tegak
berdiri, dan membuat aku kurang nyaman karena terjepit oleh celana pendekku.
Karena merasa sakit dan kurang nyaman aku terpaksa melepaskan elusan dan rabaan
terhadap memek Ibu Afreny. Dan jari tanganku keluar dari celana dalam Ibu
Afreny, lalu aku langsung membenarkan letak posisi batang kontolku. Karena aku
merasa masih kurang nyaman juga, maka akhirnya kukeluarkan batang kontolku dari
dalam celana pendek dan kolor warna putih yang aku pakai ini. Dan bulll!
Keluarlah batang kontolku dengan tegak bagaikan tonggak kayu dan membuat
sedikit agak legah.
Lain hal dengan Ded,
ternyata apa yang dikeluarkan oleh Dedi dari celana pendeknya, membuat aku yang
sedang mengintip dari atas loteng sedikit tercengang dan berkata dalam hati
“ Gilllaaaaa !!!!”,
“Sungguh tidak kupercaya
kalau tidak melihat dengan mata kepala kusendiri! Ternyata temannya Rio itu
memiliki kontol yang melebihi kontol ukuran orang dewasa termasuk diriku!”
ujarku dalam hati karena sedikit shock.
Sungguh manusia ini banyak
keanehan, anak berusia 13 tahun mempunyai kontol sebesar dan sepanjang itu.
Mungkin panjang kontol anak itu kira-kira 20 cm. Dan bulat lingkarannya kalau
diukur dengan cm bisa mencapai 13 cm lebih, suatu hal yang tidak masuk akan
tapi betul-betul nyata! Kontol anak itu masih tegak berdiri dengan kepalanya
berwarna pink mengkilat, di bawah batang kontol baru ditumbuhi oleh
rambut-rambut hitam yang masih tipis. Aku takjub dengan apa yang kulihat dan
masih terasa belum percaya, sambil terus memperhatikan gerak-gerik dan apa yang
di lakukan Dedi terhadap istriku.
Dedi kembali memasukan
jari-jarinya ke dalam celana dalam putih istriku, Istriku kembali dibuat
gelagapan. Terkadang pahanya mengatub menjepit tangan Dedi, kadang juga terbuka
seperti memberikan jalan buat Dedi agar terus menjamah memek istriku. Jari-jari
Dedi semakin sering meraba-raba memek istriku. Dan kuperhatikan sepertinya
jari-jari tangan Dedi bergerak kebelakang pinggul istriku. Di sana dia
meremas-remas pinggul bulat istriku. Sambil meremas-remas, Dedi menurunkan
karet celana dalam istriku bagian belakang hingga turun ke bawah pinggulnya.
Di bagian atas mulut Dedi
masih menyedot-nyedot puting susu istriku dengan lahapnya. Kadang mencium leher
istriku serta kembali melumat bibir istriku. Di bawah sana jari tangan Dedi
sudah mengalihkan tanganya ke pinggul sebelah kanan istriku. Rupanya Dedi
berusaha menurunkan celana dalam istriku, karena bagian belakang celana dalam
istriku sudah turun ke bawa pinggulnya. Dengan gerakan pelan tapi pasti
akhirnya karet celana dalam sebelah kanan istriku turun juga dari atas
pinggangnya. Namun tidak terlalu turun masih nyangkut di pinggul sebelah
kanannya. Akan tetapi dengan hanya turun baru sebatas bawa selangkangannya
istriku, sudah tanpak jelas bukit kemaluan istriku yang ditumbuhi rambut hitam
yang lebat.
Saking lebatnya kurang lebih
tiga centi dibawa pusar, rambut hitam kemaluan istriku menyetuh pusarnya.Dedi
mencium bibir istriku dengan lembut dan mesra. istriku seolah menyambut dengan
hangat kecupan dan lumatan bibir Dedi. Diselingi remasan terhadap payudara
istriku kiri dan kanan, lalu tangan Dedi bergerak turun dan kembali menyusup
diantara kedua belah paha putih istriku dan langsung menyetuh bukit kemaluan
istriku. Kulihat jam menunjukan pukul 14.00 wib, dibawa sana dua anak manusia
berbeda usia terus melakukan aktifitas yang seharus tak lazim.
Kulihat kini Dedi
menghentikan aktifitas tangan kanannya dibawa selangkangan istriku, terus
tangannya membelai-belai rambut hitam istriku bahkan pipi mulusnya. Kemudian
tak lupa pipi kening dan bibir istriku diciumnya dengan mesra. Lalu kudengar
Dedi berkata dengan pelan,
“Bu …”“ iyahh Ded, Ada apa
?“ sahut Leni sambil mendesah lembut.
“Kita ke kamar depan yuk’
Bu.“jawab Dedi sambil asik menjamahi tubuh molek istriku.
“Kenapa kamar depan Ded? “
tanya Leni pelan.
“Takut kalau-kalau Icak dan
Rio bangun Bu “, ujarnya sedikit terputus karena menyupangi leher jenjang
istriku,
“Makanya kita ke sana saja
ya Bu.“ lanjutnya sambil mengajak Afreny.
“ jangan nak, tidak usah
dilanjutkan lagi!“ pinta Leni lembut sambil menahan lenguhan kenikmatan yang ia
rasakan.
“Cukuplah ya Ded “, sambung
istriku untuk membujuk Dedi menghentikan permainan ini, walau dari dalam lubuk
hati istriku ini secara jujur dan gamblang ia menikmati betapa mendebarkan dan
mengasyikan-nya hubungan terlarang ini.
“Gak apa-apa kok Bu “sahut
Dedi sambil mengelus dan mengecup lembut pipi Afreny.
“Jangan nak, Ibu sekarang
sudah merasa bersalah dan berdosa “,
“Ibu takut . apa yang
barusan tadi dilihat oleh orang”,
“Ayo’ lah Bu “ bujuk Dedi
sambil dengan pelan dan penuh kasih sayang Dedi meraih dan menarik lengan
istriku Leni untuk beranjak dari sofa yang dia duduki.dan berbeda dari kalimat
penolakan yang ia lontarkan sejak awal, tubuh istriku ternyata lebih jujur dan
beranjak dari sofa yang didudukinya mengikuti bujuk rayu jejaka yang umurnya
terpaut 20 tahun itu seperti kerbau yang dicolok hidungnya.
Dalam kondisi baju daster
bagian atas sudah melorot sampai ke lengan kiri dan kanan bersamaan dengan tali
BH putihnya ikut melorot ke lengannya, Belum lagi bagian bawah dasternya yang
naik ke atas pinggang sehingga celana dalam warna putih yang dikenakan istriku
tadi juga sudah melorot kebawa pas dibawa pinggulnya atau bagian depan sudah
dibawa pangkal pahanya, Dedi merangkul mesra istriku layak nya pasangan pengantin
baru menuju kamar depan yang berukuran 3 x3 meter. Sambil kepala istriku
bersandar di pundak Dedi akhirnya keduanya masuk ke kamar depan dan kliikkkk …
akhirnya kamar itu dkunci dari dalam oleh pasangan yang sedang dilanda birahi
itu.
Aku pun mengendap-endap
seperti maling merangkak menelusuri loteng rumahku sendiri berpindah posisi
menuju kamar maksiat itu. Sebenernya kamar depan jarang dipakai, hanya untuk
tamu atau family yang datang saja, sebab loteng plafon yang terbuat dari bahan
triplek juga banyak yang rusak dan ada bolong-bolongnya, sehingga dari atas
cukup jelas sekali apalagi pintu jendela menghadap ke arah matahari terbenam
yang sinarnya cukup terang sekali. Di dalam kamar itu terdapat satu buah
springbed ukuran 2×2 tidak memakai tiang dengan satu buah bantal guling dan
bantal tidur.Jadi langsung diletakan saja di lantai kadang kamar itu dipakai
oleh Dedi tidur bila menginap di rumahku. Dedi dan istriku mendekati springbed
itu, kemudian mereka berdua berhenti. Dedi memutar tubuh istriku hingga
keduanya saling berhadapan.
Lalu dengan lembut dan
mesranya Dedi berbisik,
“Buuuu … Buuuuu … Dediiii
sayang Ibu “ bisik bocah itu dengan gemetaran.
“Ibu tau nak “ jawab
istriku.Dan tiba tiba saja istriku berubah drastis, dengan pengalaman yang ia
miliki ia memeluk dan mencium bibir Dedi dengan mesra untuk mengusir kegugupan
perjakanya itu.#########################Suara hati Afreny
“Oh Tuhan apa yang
kulakukan, dan mengapa bisa berakhir seperti ini. Sebari tadi aku berusaha
memegang teguh janji perkawinanku dengan mas Erlan … tetapi kini aku malah
mencumbui anak ini.” Aku merasakan secara perlahan tangan Dedi meraih
pinggangku.
Dan aku sadar bahwa celana
dalamku sudah melorot ke bawa pinggulku. Ini akibat tangan nakal Dedi yang
kubiarkan bebas bergerilya. Akupun bingung kok bisa-bisanya anak itu berbuat
nekad seperti ini, padahal usianya masih muda baru 13 tahun, tetapi hal-hal
yang hanya di ketahui oleh orang dewasa seperti ini ia sudah dapat mengerti.
Aku juga heran sampai saat ini aku sepertinya tidak bisa berbuat banyak dan
seolah ada perasaan lain pada anak ini. Kini tubuhku sudah sedikit merapat ke
tubuh Dedi dan ketika itu ada sesuatu yang membuatku sedikit bergetar, dan
getaran tersebut adalah getaran getaran yang telah sudah sejak lama tak kurasakan
bahkan tidak pernah kurasakan sama sekali saat bersama suamiku.
Aku merasakan ada yang
mengganjal di bawah daerah kemaluanku. Benda yang mengganjal di bawah pusarku
paling bawa terasa sekali, menyentuh nyentuh daerah kemaluanku. Dedi semakin
menarik pinggulku ke arah tubuhnya, dan benda itu semakin kuat mengganjal bahkan
menyodok daerah kemaluanku. Aku dapat menduga benda itu adalah batang kontol
Dedi yang sudah menegang dan sangat keras sekali. Tapi entahlah apakah memang
benar benda itu bantang kontolnya Dedi yang mengganjal di daerah kemaluan,
apakah ada sesuatu yang disimpan Dedi di kantong celananya. Kami masih saling
lumat bibir, tidak hanya itu Dedi berusaha melepas dasterku yang sudah jatuh di
kedua lenganku.
Tidak sulit bagi Dedi untuk
melepaskannya karena dengan pelan dia menurunkan kedua tangaku dan menurunkan
secara perlahan dan terus melewati kedua jari tanganku, kemudian terus
diturunkan lagi melewati pinggulku, terus dilepaskan saja oleh Dedi hingga
jatuh di kedua kakiku.Sekarang kini hanya tinggal BH dan celana dalam putihku
yang masih melekat, itupun sudah tak sempurna lagi. Tali BH-ku sudah jatuh
kedua lenganku, sedangkan cupnya berukuran 36B sudah terbuka yang menampakan
keindahan payudaraku. Rasa malupun mulai menyelimuti diriku, di hadapan anak
yang baru berusia 13 tahun ini aku seperti bahan mainannya. Walau sebenarnya
anak ini seusia dengan anakku Rio, yang kadang sering melihatku telanjang dada
bahkan telanjang bulat di kamar ketika selesai mandi.
Namun dalam keadaan seperti
ini rasa kuatir dan was-was dan malu muncul, maklum aku sebagai seorang perempuan
bahkan seorang ibu tidak pantas diperlakukan seperti ini. Itu semua hanyalah
pikiranku saja, tapi ternyata berbeda dari apa yang kuhadapi.Dedi menatapku
dengan tatapan penuh arti, tatapan sebuah permintaan, dan tatapan birahi
seorang anak yang baru beranjak remaja. Lalu Dedi juga membuka baju kaosnya
dengan sangat cepat sekali, aku hanya menatap wajahnya dengan penuh kecemasan,
aku tidak mengetahui kapan dia membuka celana pendeknya, yang kutahu tiba-tiba
Dedi meraih pinggulku dirapatkannya ke tubuhnya sambil meremas-remas pinggulku.
Kembali aku merasakan benda
tumpul menyodok daerah kemaluanku. Akupun berciuman kembali dengan Dedi tidak
hanya itu Dedi telah berhasil melepaskan pengait BH ku. Dan BH ku dilepaskannya
dari kedua belah tanganku. Kemudian aku berbicara pelan kepada Dedi,
“Kenapa kamu berperilaku
seperti ini nak ?“.ujarku sambil menatap dalam matanya yang terlihat memang
agak gugup
“Tidak kau merasa takut apa
yang akan kamu lakukan ?“.Kulihat tampaknya Dedi hanya diam, tidak menjawab pertanyaanku
dan mengalihkan pandangannya dari tatapanku.
Aku pegang bahunya, dan ia
menatapku sembari membelai pipiku. Perasaanku tidak menentu, tiba-tiba aku
memeluknya dengan erat. Lalu aku rasakan celana dalamku terasa pelan-pelan
melorot turun dan terus turun ke bawah hingga jatuh di bawa kakiku seperti
halnya baju dasterku. Aku semakin erat memeluknya tidak hanya itu sambil
meraba, Dedi menekankan pinggulku ke arahnya hingga terasa sekali benda yang
dari tadi mengganjal itu tidak lain batang kontolnya yang sudah semakin tegang.
Itu kutahu karena ketika berpelukan, tanganku sedikit turun ke pinggul Dedi dan
tak ditemukan lagi kolor yang melekat di pinggulnya.
Kini aku dan Dedi sudah
sama-sama telanjang bulat dan akupun tidak dapat berkata apa lagi, karena
kondisi sudah seperti ini hingga tidak dapat berbuat banyak. Apalagi sekarang
tangan kanan Dedi menaikan kaki kiriku ke atas springbed sehingga bagian bawah
selangkangan agak terbuka. Dengan begitu batang kontol Dedi semakin terasa
mengenai daerah memekku, bahkan sedikit mengenai bibir memekku. Aku semakin
erat memeluk Dedi, seperti ada kehangatan dan kenyaman dalam pelukan anak ini,
getaran-getaran cinta seorang anak terhadap ibu, sebalik getaran cinta ibu
terhadap anaknya. Batang kontol Dedi terasa hangat walau hanya menyenggol bibir
luar memekku.
Kini Dedi membimbingku duduk
di pinggir springbad, setelah duduk kami saling berpandangan dengan mesra.
Kemudian Dedi mengecup keningku, terasa sekali sentuhan lembut penuh kasih
sayang diberikan anak ini.Sekilas aku melihat batang kontol Dedi yang tegang
berdiri, Aku tercekat kaget dibuatnya. Astaga … Kontol Dedi … bisa sebesar dan
sepanjang ini !? Apakah aku bermimpi? Aku tidak tahu ukurannya tapi yang jelas
aku merasa ngeri, dan tiba-tiba aku memeluk Dedi dengan erat sambil kepalaku
kusandarkan ke bahunya. Walau gelora birahi ku sudah sampai ubun ubun, namun
karena kengerian akan ukuran kemaluan anak ini akupun menjadi merasa sedikit
takut dan ngeri sehingga aku berusaha untuk menghentikan permainan ini,
“Hentikan saja ya nak
perbuatan ini. Kita sudah melampaui batas, seharusnya kita tidak melakukan
perbuatan semacam ini. Seharusnya ibu memberikan pengertian kepadamu Ded, bukan
menyesatkanmu dengan melakukan perbuatan tidak terpuji dan terlarang seperti
ini.“
“Tapi Bu, rasanya sulit
untuk Dedi hentikan. Karena dada ini, hati ini, otak ini, telah diselimuti
dirasuki perasaan yang tidak bisa dihentikan. Apalagi keinginan itu sangat kuat
Bu.“ ujar Dedi membantah omonganku.
“Tapi nak , kamu masih muda
harus melawan hawa nafsumu “,
“Bu Afenry, Dedi mohon
berikan kesempatan pertama buat Dedi. Dedi pingin sekali mencoba apa yang belum
pernah Dedi rasakan. Bolehkan Bu ? Tolonglah Bu hanya bersama Ibu saja.“ ujar
Dedi mengiba Mendengar hal tersebut sebagai seorang wanita khususnya sebagai
seorang ibu hatiku menjadi luluh dibuatnya, apalagi pemuda ini memintanya
dengan sopan penuh kesabaran dan kasih sayang.
Tapi apakah pantas aku
melakukannya ? Oooohhh apa yang mesti aku lakukan ?Setelah mempertimbangkan
baik buruknya dan apa yang dilakukan Dedi selama ini, maka dengan ketulusan
hatiku yang bulat, akihirnya aku mengangguk kepada Dedi sambil berbisik pelan.
”Baiklah nak , Ibu
mengijinkanmu.”. Sambil tersenyum kulanjutkan perkataan ku,
”tapi Ingat ya Ded, Hanya
sekali ini saja!“ tegasku kepadanya.Mendengar hal tersebut Dedi-pun tersenyum,
“ ……. Baik Bu “ … untuk Ibu,
Dedi akan turuti semua kemauan ibu.”.Dengan senyum kekanak-kanakannya Ia
merebahkan tubuh polos ku keperaduan dengan sangat lembut sekali, kemudian ia
mengambil bantal lalu direbahkannya kepalaku ke bantal tersebut dengan lembut
dan mengecup keningku dengan mesra.
Sehingga kubandingkan dengan
suamiku, kalau sudah ada maunya tidak bisa ditahan. Gerasa grusu saja, tanpa
ada rasa sayang terhadap istri. Kalau dengan Dedi terasa beda, anak ini lebih
memberikan kasih sayangnya kepada seorang perempuan dan bisa menyenangkan hati
perempuan seperti diriku. Sebagai seorang perempuan ada sedikit perasaan cemas,
was-was, takut dan gemetaran. Maklum kalau dengan suamiku aku tidak ada getaran
dan kecemasan, tetapi dengan orang lain yang belum lama kukenal perasaan semua
itu muncul. Apalagi saat ini Dedi berbaring disisiku kemudian dengan mesranya
dia mencium dan melumat bibirku, kemudian tangannya aktif meremas-remas kedua payudaraku.
Tangan itu bergerak turun
dan turun menyusuri perut dan turun lagi kepinggulku sedikit diremasnya,
kemudian kedepan dan tepat diatas tumpukan jerami hitam milikku yang hitam dan
lebat. Aku bertambah cemas, rikuh, dan gelisah, bercampur perasaan geli dan enak
ketika Dedi menyentuh daerah kemaluanku. Aku berusaha menjauhkan perasaan itu
ketika Dedi sudah menyentuh bibir memekku. Dan akhirnya aku tidak tahan juga
untuk mengeluarkan suara.
“Ooooohhhh …. Deeeeedddddddd
….sudaahh …… iiihhh ….jnngaaaaaan dimaaaiinnnkan itu …. Ibuuuuuuuuu
Dedddddd….geeeeliiii….. eeeehhhhhhhh …. Enakkkkkk”, eranganku meledak terputus
putus, walau aku sedikit dapat menahannya karena aku masih takut membangunkan
anak anak ku atau terdengar oleh tetangga.
Kemudian Dedi mengehentikan
aksinya di memekku. Lalu dia memandangku, aku paham maksud pandangan itu. Lalu
aku mengangguk dan berbisik pelan,
“Lakukanlah nak, hati-hati
ya sayang, pelan pelan saja“ sambil kubelai wajah dan rambutnya.,
“Ibu takut dan ngeri …“,
“Takut dan ngeri karena apa
Bu?”, potong Dedi dengan polosnya.
“Batang kontolmu ini sayang,
diluar perkiraan Ibu.“ ujarku sambil meremas remas lembut batang kemaluannya
yang sudah siap maju ke medan tempur itu, “Besar dan panjang , Tidak seperti
punya Om Erlan. Ibu takut nanti tidak muat.“,
“Ajarin Dedi ya bu, Dedi
belum pengalaman Bu.“ ujarnya sedikit gugup.Aku tersenyum kepada Dedi sambil
berbisik aku berbicara,
“Baiklah Ibu akan membimbing
kamu sayang.“, jawabku sembari memberi ciuman lembut ke bibirnya, sambil
tanganku masih meremas remas lembut batang kemaluan yang besar dan keras
tersebut.
“Sekarang kamu naiki tubuh
Ibu”, pintaku, Dedi pun menurut, dia menaiki tubuhku lalu tak lupa dia
menciumku, akupun dengan mesranya memeluk tubuhnya dengan erat.Lalu aku
berbisik lagi ditelinganya,
“ Sayang, sekarang kamu
jongkok di kedua paha Ibu ya.“Ternyata Dedi sudah mengerti, dia lalu
mendekatkan batang kontolnya ke arah bibir memekku.
Aku sendiri mulai tegang,
karena batang kontol Dedi di atas anak seusianya. Di samping itu hanya kontol
suamiku yang selalu masuk ke dalam liang memekku, itupun ukuran panjangnya
lebih kurang 11 cm yang lingkarannya lebih kecil 9 cm. Sekarang kepala kontol
Dedi yang sedari tadi sudah tegang, sudah menempel di bibir memekku.Aku turut
membantu Dedi dengan sedikit melebarkan kedua pahaku, sehingga lubang memekku
sedikit membuka. Dan baru aku sadari kalau sedari tadi ternyata di sekitar
bibir memekku telah mengalir cairan kewanitaan ku sendiri, sehingga daerah
sekitar memekku menjadi licin, dan mempermudah kontol jumbo itu masuk ke liang
kenikmatanku.
Kepala kontol Dedi sudah
mulai memasuki belahan memekku. Ada perasaan nyeri di sekitar memekku, sebab
kepala kontol Dedi yang besar berusaha menyeruak masuk kedalam lubang memekku.
Sehingga membuatku merintik rintih kesakitan segaligus keenakan karenanya“Aduh
Deddddd besarr sekaliiii, pelannnn sayangggggg ……ibu merasa nyeri nih…aiiihhhh
begituuuu sayangghhhhh enakkkkkkkk.“, rancauanku akibat perbuatan Dedi.Kepala
kontol Dedi terjepit di muara lubang memekku, akupun semakin merintih,
merancau, dan sekaligur mengajari perjakaku ini bagaimana caranya memuaskan
seorang wanita dengan kontol besar dan nikmat yang dimilikinya itu.
Kepala kontol dan batang
kontol Dedi terus menyeruak masuk secenti demi secenti, semakin bergerak masuk
semakin otot memekku semakin menegang. Dedi berusaha terus memasukan batang
kontolnya ke dalam lubang memekku. Akhirnya Dedi baru menemukan teknik untuk
memasukan batang ajaib miliknya itu di dalam liang memekku. Dia memaju
mundurkan batang kontolnya secara perlahan. Dengan begitu batang kontolnya yang
besar itu mulai bertambah dalam masuk. Kalau tadi baru seperempat saja,
sekarang sudah setengahnya. Makin intense Dedi memaju mundurkan batang
kontolnya, makin lama makin masuk batang kontolnya.
Usaha Dedi ternyata
membuahkan hasil dan dengan sekali genjotan saja batang kontol Dedi yang
tinggal 2 centi akhirnya masuk semua, bersamaan dengan itu aku menjerit-jerit
kenikmatan dan kurangkulkan tanganku ke leher kekasih mudaku ini sambil
memberikan kecupan selamat ke pipinya. Aku terdiam, begitu juga Dedi. tidak
beberapa lama rupanya Dedi sudah paham apa yang dia lakukan.Dia mulai memaju
mundurkan batang kontolnya di dalam liang memekku.
Walau terasa sakit dan
ngilu, aku berusaha tahan karena aku tidak ingin mengecewakan anak ini. Dan
lambat laun, rasa perih dan ngilu tadi berubah menjadi enak dan nikmat, tak
kubayangkan walau tubuh anak ini kecil, tetapi mempunyai senjata yang besar
yang kini membuatku menikmatinya. Tidak dapat kubayangkan juga kalau batang
kontol Dedi yang besar dapat ditampung oleh liang memekku. Aku berusaha
mengimbangi goyangan dan maju mundurnya batang kontol Dedi dengan memutar mutar
pinggulku hingga mengangkat pantatku.
“Ooohhhh ….. Gilaaaa Kamu …
saaayanghhhh …ibu gak sanggupp….ampun sayang…uuhhhh …ohhh… nikmathhhh”, pekikku
sembari menciumi bibir pengantin sehariku ini dengan penuh nafsu.
Goyongan dan kocokan batang
kontol Dedi, tak terasa sudah mencapai 30 menit. Aku merasakan ada letupan
kecil di dalam liang memekku, Badanku seperti tegang dan urat sarafku seperti
mengencang, persendianku seolah mau lepas, dan ooughh !! Aku rasanya tidak
sanggup lagi, ada sesuatu yang kuat sepertinya akan keluar dari tubuhku,
kedutan-kedutan kuat dari dalam liang memekku. Dan …
“awwwhhhhhhh
sayanghhhhhhhhhh ….”, pekikku panjang dan tubuhku melenting ke atas dengan
pinggul terangkat laluSeeeeerrrrr….serrrrrr…suara cipratan cairan orgasmeku
yang menyembur keluar seperti ledakan gunung berapi,
“Ammmpunnnnn …saaaaayyyyy
ibu …keluarrrrr…oooohhhh“ .Kujepit pinggul Dedi kuat-kuat dengan kedua pahaku.
Dan kupeluk tubuhnya dengan eratnya.
Tubuhku lemas, tapi Dedi
masih juga menggoyangkan pinggulnya, sebab batang kenikmatan-nya masih keras
dan menancap di lubang memekku. Dedi belum juga mencapai orgasme, aku akan
membantunya mencapai orgame dan dengan menyemangatinya Dedi terus mengocok
batang kontolnya. Aku menyuruh Dedi memelukku dan kusuruh dia berbalik dan
gantian dia yang tidur terlentang tanpa melepaskan bantang kontolnya yang masih
menancap di liang memekku. Dedipun menurut, ketika dia terlentang sekarang aku
yang aktif menggoyangkan pinggulku sehingga batang kontolnya semakin terasa
masuk di dalam liang memekku. Gerakan pinggul semakin kencang tiba-tiba Dedi
mengerang.
“ Oooohhhhhhh Buuuuu …
Dedddiii mau kencinggggggg … Buuuu … “
“Kecinglah sayang,
kencinglah di dalam lobang memek ibu sayang.“, ucapku sambil kucondongkan
badanku ke depan dan memeluk tubuhnya sembari kutunganggi batang kontolnya yang
besar dan perkasa itu.
Dan tiba-tibas aja, Dedi
merangkul badanku erat seakan tidak akan meloloskanku kemana-mana dan
menghujamkan batang kenikmatannyadengan hebat ke memekku.
Dan…crotttttt….crottttt… crotttt, senjata Dedi memberondongkan air maninya ke
dalam rahimku dengan banyak, sambil tangannya menekan pantatku kuat-kuat.
Akupun secara bersamaan orgasme yang kedua kalinya.
Lalu aku jatuh di dada anak
itu, kemudian tangan Dedi memelukku dengan erat, akupun begitu memeluknya
dengan erat sambil memejamkan mataku. Dalam keterpejamanku aku meresapi dan
menikmati pengalaman pertamaku bersama seorang anak berusia 13 tahun, sahabat
anakku Rio. Walau Dedi masih muda belia, tetapi dia sudah memberikan kenikmatan
dan kepuasan terhadapku. Akupun tadinya hanya berharap Dedi sebagai teman akrab
anakku, sekarang malah menjadi teman bercintaku.
“Ohhhh… kau harapanku
segalanya. Akankah ini harus terus berlanjut selamanya…entahlah“ desah
hatiku.Kurasakan tangan Dedi mengelus punggungku.
Akupun merasa nyaman dalam
pelukan anak ini, kendati aku kuatir berat tubuhku lebih berat dari tubuhnya
tetapi Dedi tidak merasakan itu. Lalu tangannya sesekali meremas-remas
pantatku.
“Bu…”, bisik Dedi halus
“Iya sayang … ada apa
sayangku?” balasku lirih karena barukali ini aku merasakan orgasme sehebat itu,
bahkan multi orgasme hebat seperti itu sambil mendekap terus lembut tubuhnya.
“Terima kasih ya Bu atas
pengalaman pertama diajarkan pada Dedi.”, ucapnya sambil menatap diriku dengan
penuh arti.
Aku tersenyum menatap mata
anak ini yang masih di bawah tubuhku.
“Iya nak , Dedi harus janji
tidak menceritakan persetubuhan kita berdua kepada siapapun ya!“,
“Dedi janji Bu akan
merahasiakan ini.”
“Terima kasih anakku,
sayangku”, ujarku dengan mesra sambil mengecup bibir Dedi .
“Ngomong-ngomong sayang,
kenapa kamu ingin menyetubuhi Ibu? Padahal kamu sahabat Rio.”, tanyaku karena
tiba tiba saja pertanyaanku terngiang di kepalaku.
“Entahlah Bu, Dedi tiba-tiba
saja pingin menyetubuhi Ibu.”,jawab Dedi sekenanya.
“Pasti kamu suka baca
sesuatu atau nonton film dewasa ya!“ selidiku dan dijawab dangan anggukannya
dengan malu-malu.
Aku mengusap-usap rambutnya,
“Pantesan kamu ngebet bange.
Udah ya jangan sering-sering nonton dan baca hal begituan, ingat sekolah kamu
ya nak.“, pintaku menasehatinya, kali ini sebagai seorang ibu kepada anaknya,
bukan sebagai seorang wanita yang telah diberikan kepuasan dan kenikmatan
biologis dari seorang lelaki.
“Iya… Bu”, tukas Dedi dengan
sedikit kecewa.
“hemh”, balasku singkat
sekedar mengiyakan perkataannya, dan menghiraukan kekecewaan pemuda ini.
“Tapi Bu kalau Dedi ingin
lagi gimana ?”, celetuknya sambil meringis.
“Nahhhh kan kamu sudah janji
hanya sekali saja kan ?”, balasku dengan mengingatkan perjanjian yang kami buat
tadi.“Tapi kalau kebelet gimana dong Bu “, ujarnya lagi karena tak mau kalah
begitu saja.Aku pun tersenyum dan mencium bibir mungilnya,
“Ya sudahlah” ….. masalah
itu nanti kita bicarakan lagi.“ ngomong ngomong sayang, apakah kamu merasa puas
?”. tanyaku untuk mengalihkan topik pembicaraan kami.
“Ya Bu …. Dedi puas sekali,
Ibu bagaimana?”, balasnya sambil melontarkan pertanyaan yang sama kepadaku
sembari tangannya dengan lembut membelai belai kepalaku yang kini tertidur
lemas di atas badannya.
“Hmmmmmm … Ibu lebih dari
itu sayang dan sulit Ibu ceritakan.” jawabku sambil kepalaku tiduran di dada
Dedi.
Kupemejamkan mataku dan
memeluk erat tubuh Dedi. Kelamin kami masih menyatu, aku seolah tidak mau
melepaskan tubuh anak ini, biarlah batang kontol anak ini berlama-lama di liang
memekku dan sepertinya batang kontol anak ini belum mengecil juga. Kamipun
tertidur bersama, dalam pelukan kehangatan penuh birahi sehabis berpacu
mengarungi lembah kenikmatan. Entah Jam berapa kami tertidur dengan mimpi indah
kami berdua.
Di atas loteng aku dari awal
sampai akhir menyaksikan adegan panas antara istriku dan Dedi, sahabat anakku
Rio, yang berbeda usia sangat jauh 31 dan 13 tahun. Sungguh tidak masuk dalam
akal sehat. ABG di usia yang masih muda belia sudah mengetahui perilaku seks.
Bahkan istriku saja dibuatnya buta segala-galanya, dunia terkadang memang aneh.
Entah apa yang terjadi selanjutnya antara istriku dan anak itu. Dari apa yang
dibicarakan mereka berdua, sepertinya akan ada kelanjutan lagi. Akhirnya aku
hanya menghela nafas panjang lantas berbaring di atas loteng dan akupun
tertidur dengan batang kemaluanku masih mengeras.
