Cerita sex terbaru ini berawal
dari keisenganku membuntuti mobil berisi dua cewek cakep yg baru keluar dari
gedung perkantoran. Mereka pun tahu dan sempat terjadi kejar-kejaran, sampai
akhirnya mereka kasih kode untuk mengikuti mobilnya dari belakang.
Sampailah
akhirnya aku ke sebuah rumah mewah di perumahan elit. Setelah aku memasukkan
mobil ke pekarangannya, aku memperhatikan mereka turun dari mobilnya, dan
ternyata mereka bukan saja cakep, tapi juga sexy dengan pakaian kerja
berblazer, rok mini dan sepatu tinggi.
Yg satu wajahnya lucu dan innosence,
dan kuketahui kemudian namanya Sari. Sedangkan yg berwajah agak cuek dan
sensual namanya Dina, gadis keturunan Jepang. Aku diajaknya masuk ke ruang
tengah yg penuh dengan sofa dan berkarpet tebal itu.
"Kamu ngapain sih ngikutin
kita?" tanya Dina membuka pembicaraan.
"Ngg.., iseng saja.."
jawabku santai.
"Oh iseng.., kalau gitu
sekarang gantian kita dong ngisengin kamu. Sekarang aku nggak mau tau, kamu
berdiri dan buka pakaianmu..," kata Dina lagi yg membuatku kaget setengah
mati.
Tapi karena penasaran, kuikuti
saja kemauannya dengan membuka satu persatu pakainku dan tinggal kusisakan
celana dalam hitamku.
"Tunggu apalagi..? Ayo lepas
semua! Nggak usah malu deh, nggak ada siapa-siapa lagi di sini," katanya
lagi waktu ku celingukan ke sekeliling ruangan.
Kutarik pelan-pelan ke bawah
celana dalamku hingga aku menjadi bugil total. Kulihat mereka yg tenang duduk
di sofa menatap ke arah k0ntolku yg masih belum bangun. Tiba-tiba Dina berdiri
menghampiriku, dan menyuruhku berlutut di depannya. Aku mulai merasakan ada
sensasi tersendiri dengan mengikuti perintahnya. Kelakianku mulai bangkit,
apalagi dengan memandang kemulusan batang kaki belalang Dina yg berada persis
di depanku.
"Baru liat kakiku aja udah
tegang tuh burung.., apalagi suruh ngeraba. Ayoh coba elus-elus kakiku..!"
perintah Dina lagi.
Aku segera menuruti perintahnya
dengan meraba sepanjang kakinya yg putih mulus itu, dari mulai mata kakinya
terus ke atas hingga ke paha di bawah rok mininya.
"Eh, alus juga nih
maennya," kata Dina lagi sambil menarik tanganku dari pahanya.
Tiba-tiba Dina bergerak mengambil
dasiku, menarik kedua tanganku ke belakang, dan mengikatnya erat-erat. Dengan
terus berlutut dan tangan terikat, aku menyadari bahwa aku sudah seperti
tawanan perang, namun justru membuatku makin penasaran untuk mengikuti
permainannya. Benar saja, Dina kembali berdiri di depanku dan memberi perintah
lanjutan.
"Sekarang nggak ada lagi
tangan.., pakai bibir dan lidahmu..!" kata Dina sambil menarik kepalaku
lebih dekat lagi ke kakinya.
Langsung kutelusuri keindahan
kakinya, mulai lagi dari atas sepatunya terus naik ke atas dengan bibirku.
Kulitnya yg putih mulus dan berambut halus itu benar-benar merangsangku,
apalagi masih terasa harum bekas cream pelembut walaupun sudah seharian di kantor.
Kupagut-pagut betisnya yg indah, terus naik ke belakang lututnya yg sempat
membuatnya menggeliat kegelian.
Desahannya pun mulai terdengar
waktu bibirku sampai ke pahanya yg padat tapi lembut itu. Dina bikin kejutan
lagi, kali ini sebelah kakinya dinaikkan ke atas meja pendek di sebelahnya.
Otomatis rok mininya makin tersingkap hingga jelas kulihat celana dalamnya
mengintip di hadapanku. Tangannya kembali menekan kepalaku ke arah pahanya dan
ditahannya waktu bibirku mencapai paha bagian dalamnya, minta bibir dan lidahku
mengusap dan menyapu kehalusan kulitnya.
Pinggulnya makin menggeliat waktu
kepalaku makin masuk ke rok mininya, dan kukecup halus celana dalam bagian
depan tepat di depan mekinya yg ternyata sudah basah itu.
"Tarik celana dalamku dengan
gigimu, cepet..!" pintanya sambil menurunkan kakinya ke bawah lagi agar
celana dalamnya dapat kutarik dengan mulus.
Begitu lepas, kali ini Dina makin
bernafsu menaikkan kakinya lebih lebar lagi, dan kepalaku ditarik serta
dibenamkannya di selangkangannya walaupun masih mengenakan rok. Aroma khas
mekinya makin membuatku bernafsu untuk menyapu dan menjilati semua
permukaannya. Dina makin menggelinjang tak beraturan waktu kutusukkan lidahku
di lubang mekinya yg kuvariasi dengan sentuhan dan hisapan halus di
klitorisnya. Cerita Sex Kenikmatan Karena Dikerjain
"Jangan berhenti.., ayo
lebih cepet lagi.., aah.., agh.. agghh..!" teriak Dina sambil menjambak
rambutku kencang dan menekannya ke arah mekinya yg makin membanjir dengan
cairan segar.
Dikatupkannya pahanya kemudian
dan membiarkan wajahku sesaat di selangkangannya untuk merasakan
denyutan-denyutan orgasmenya.
"Van.., giliran kamu
nih..!" kata Dina ke sahabatnya yg dari tadi duduk di sofa memperhatikan
permainan kami.
Sari yg berwajah melankolis itu
lalu menyuruhku duduk di sampingnya. Dengan tangan masih terikat ke belakang,
aku duduk di samping Sari yg tiba-tiba bergerak memutar menghadap ke arahku
dengan posisi berlutut, sehingga posisi pahaku berada di antara kedua pahanya.
Cerita Dewasa Threesome
Posisi menantangnya ini membuat
jantungku berdebar, apalagi waktu Sari membuka pelan-pelan blazer dan baju
dalamnya dengan gerakan erotis di hadapanku. Terakhir dibukanya BH mininya dan
dilemparnya ke karpet, lalu ditegakkannya badannya, sehingga buah dadanya yg
bulat padat itu makin menjulang sempurna persis di depan wajahku.
Belum habis aku menatap keranuman
buah dadanya, aku dikejutkan dengan dorongan buah dadanya ke depan, sehingga
wajahku terbenam di belahan dadanya. Harum badannya yg bercampur keringat
menambah nafsuku untuk menghirup seluruh jengkal kulitnya yg mulus, walaupun
terkadang sulit bernafas karena dekapannya yg kuat. Waktu wajahku kumiringkan
mencari putingnya, Sari malah memiringkan badannya dan mengangkat kedua
tangannya tinggi-tinggi, sehingga wajahku berada tepat di ketiak kanannya.
"Ayo ciumin ini dulu,"
kata Sari.
Rupanya di situ juga salah satu
area sensitifnya, dan aku dengan senang hati melaksanakan perintahnya. Memang
aroma khas di ketiaknya yg alami itu membuatku semakin buas mencium dan
menjilatinya. Sari pun mendesah dan menggelinjang kenikmatan. Setelah ketiak
kirinya kulumat juga, Sari meluruskan kedua tangannya ke depan dan menumpukan
ujung tangannya pada bagian atas sandaran sofa. Wajahku kini tak berjarak lagi
dengan buah dadanya. Digesek-gesekkannya putingnya yg merah muda mengeras itu
ke wajahku.
"Tunggu apa lagi..? Jilat
putingku..!" perintah Sari sambil menyelipkan putingnya di bibirku.
Tak kusia-siakan perintahnya ini
yg bukan saja kujilat-jilat dengan buas, tapi juga kugigit-gigit kecil dan
kuhisap serta kukemot-kemot dengan penuh nafsu. Sari makin menggeliat hebat
merasakan jilatan lidahku di seluruh permukaan buah dadanya yg semakin licin
oleh keringatnya itu.
Setelah cukup lama bibirku
dipaksa menikmati kemontokan buah dada Sari, terdengar suara Dina menyuruhku
untuk turun dari sofa dan berbaring di karpet dengan posisi kepalaku berada di
depan sofa. Sebelum aku turun, Sari sempat melepas ikatanku dan juga melepas
rok mini dan celana dalamnya. Juga kulihat sesaat Dina sudah tdk mengenakan
apa-apa lagi di tubuhnya. K0ntolku makin menjulang tinggi melihat tubuh-tubuh
bugil mereka yg sempurna itu.
Walaupun tanganku telah bebas,
namun kedua tanganku tetap telentang tak berdaya karena telapak tanganku
ditekan oleh kedua kaki Sari sambil duduk di sofa. Ketdk berdayaanku ini
dimanfaatkan oleh Dina yg maju dan merundukkan badannya, sehingga membuat buah
dadanya menggelantung tepat di atas wajahku. Dina kemudian membuatku gelagapan
dengan menekan buah dadanya yg bulat padat itu ke wajahku. Seperti ke Sari, aku
terus disuruhnya melumat, menjilat dan menghisap putingnya bergantian sambil
sesekali menindihkan buah dadanya di wajahku.
Setelah kedua bukitnya basah
kuyup oleh cairan lidahku yg bercampur dengan keringatnya, Dina membuat kejutan
lagi dengan mundur hingga kepalanya tepat berada di atas k0ntolku yg berdiri
tegak bak tugu itu. Sesaat kemudian amblaslah k0ntolku ke dalam mulut sensual
Dina.
"Aaahh..," rintihku
merasakan lembutnya bibir dan rongga mulut Dina.
Namun rintihanku hanya sekejap,
karena tanpa diduga telapak kaki Sari sudah pindah dari tanganku ke wajahku,
sehingga ujung jari-jari kakinya seperti membungkam mulutku. Perlakuannya ini
malah membuat darahku semakin berdesir merasakan sensasi yg hebat, apalagi Sari
memintaku untuk menciumi kakinya yg bersih mulus dan berkulit lembut itu sambil
menggosok-gosokkannya di wajahku.
Nafsuku kian menjadi merasakan
aroma khas kakinya. Kuhirup dan kuciumi telapak kaki dan ujung jari kakinya
dari bawah yg membuatnya kenikmatan.
"Buka mulutmu dan isep
jari-jariku..!" perintah Sari sambil memasukkan jari-jari kakinya yg
mungil itu dengan menjulurkannya ke mulutku.
Mulailah kuhisap satu persatu
jari-jari kakinya sambil memainkan lidahku di sela-selanya. Kaki Sari mulai
meronta kegelian, namun tetap kutahan dengan tanganku untuk tetap bertahan di
mulut dan wajahku.
Konsentrasiku ke kaki Sari memang
terkadang buyar karena perlakuan Dina yg semakin liar melumat k0ntolku, apalagi
waktu kurasakan gelitikan lidah dan hisapan mulutnya di kepala k0ntolku.
Kadang-kadang aku imbangi juga naik turun kepalanya dengan goyangan-goyangan
pinggulku. Beberapa saat kemudian, mereka seperti kompak berganti posisi yg
semakin menggila. Dina jongkok di atas k0ntolku, dan Sari turun dari sofa
langsung berlutut mengangkangkan pahanya tepat di atas wajahku. K0ntolku yg
tegak kemudian terbenam di lubang meki Dina, dan meki Sari dibenamkannya di
mulutku.
Goyangan dan naik turunnya
pinggul-pinggul mereka membuat sensasi yg luar biasa buatku. Desahan dan
rintihan kenikmatan mereka yg bersamaan makin membuatku bertambah ganas.
Pinggulku ikut menyodok-nyodok ke atas mengimbangi putaran-putaran pinggul
Dina. Sementara di atas, kusapukan lidahku memanjang dari meki dan belahan
pantatnya. Kadang ujung lidahku kuputar-putar di anusnya, kadang di seputar
klitorisnya. Tubuh Sari menggeliat-geliat dibuatnya, apalagi kuikuti dengan
naiknya tanganku ke atas meremas-remas buah dadanya.
Gerakan tubuh mereka semakin
binal dan semakin menjadi di atas tubuhku bak pemain rodeo. Tubuh Dina naik
turun dengan cepat yg diikuti oleh Sari begitu merasakan lidahku kutegangkan
memasuki lubang mekinya, sampai akhirnya terdengar teriakan mereka,
"Aaah.. aah.. aaghh..,"
bersamaan dengan menegangnya tubuh-tubuh mereka.
Cairan pun ada dimana-mana, di
k0ntolku maupun di wajahku hasil kerja keras mereka.
