Singkat cerita setelah melamar kerja
kemana-mana, akhirnya keberuntungan memihak juga padaku. Aku diterima kerja di
sebuah perusahaan bonafid, hanya saja jaraknya yg luar biasa jauh dari kediaman
ku.
karena sudah tdk memungkinkan untuk bisa pulang
pergi akhirnya akupun mengontrak sebuah rumah kecil, lumayan juga letaknya
dekat kantor, dan suasananya pun nyaman.
Rumah kontrakan itu kepunyaan Ibu Eri. Beliau
punya 4 rumah kontrakan, salah satunya ditempati oleh anak kandungnya yg telah
berkeluarga yaitu mbak Mona.
Ibu Eri, Mbak Mona, dan Mas Fadel yg merupakan
suami dari mbak Mona sangat ramah padaku. Tak jarang mereka memberikan
makanan-makanan ke kontrakan ku, mereka benar-benar keluarga yg ramah.
Mbak Mona dan Mas Fadel adalah pasangan suami –
istri yg baru, kira-kira baru 3 tahun usia pernikahan.
Mas Fadel punya usaha rumah service elektronik
yg jaraknya cukup jauh dari tempat tinggal mereka. Namun mas Fadel dan Mbak
Mona terpaksa tetap tinggal disana karena Ibu Eri tdk ingin jauh dari anaknya,
yaitu mbak Mona.
Singkat cerita, suatu hari aku memilih cuti
kerja karena badanku terasa pegal-pegal, mungkin karena terlalu ngejar lembur.
Aku pun berniat ke warung untuk membeli balsem urut, dan didepan ada mbak Mona
sedang menjemur pakaian.
“mas Ido ga kerja?”
“enggak mbak, badan saya pegel-pegel soalnya,
lagi izin cuti.”
Saat itu mbak Mona memakai kaos longgar yg
tipis, sehingga agak menjiplak sketsa bra yg ia pakai, belum lagi tetes-tetes
air cucian yg membasahi bajunya, semakin menambah jelas guratan bra yg ia
kenakan. Buat ukuran wanita sudah menikah dan punya anak balita, body mbak Mona
ini masih bisa dibilang menggairahkan.
“oh, mau dipijitin mas?”
"waduh! dipijitin !'
“wah ga usah lah mbak, ga enak, saya beli
balsem aja deh.”
“saya ada balsem mas, kalo mau nanti saya
pijitin deh sehabis jemur pakaian ya.”
Wah sepertinya niat-niat jahat sudah terkumpul
di otak ku, aku terus membayangkan, bagaimana caranya nanti mbak Mona memijat
tubuhku sambil terus berlanjut memijit k0ntol ku ! hahahaha!
Selesai ia menjemur pakaian, ia pun segera
menyambangi kontrakan ku. Akupun tanpa ragu segera melucuti pakaianku sambil
terus memutar otak bagaimana pijat memijat ini bisa menjadi aktivitas yg ‘lebih
menyenangkan’.
“mbak emang biasa mijitin si mas ya?”
“ah enggak juga mas, mas Fadel mah jarang minta
dipijitin, paling saya mas yg minta dia pijit-pijit hihihi”
wah, si mbak sudah mulai menjurus – jurus nih
fikirku.
“wah asik nih ye main pijit-pijitan, bikin
bujangan ngiri aja si mbak”
“hihihi yaudah biar ga iri nanti mas Ido
pijitin saya juga ya weeee”
eaaaaaaa ! sudah semakin memancing – mancing
dia !
“ah, saya sih mau aja, tapi nanti bisa-bisa
ditempeleng mas Fadel saya mbak”
“hihi ya jangan bilang-bilang mas, coba mas
balikin badannya”
aku kun membalikan badanku yg tadinya
terlungkup menjadi terlentang, sementara mbak Mona kini memijit dada dan
perutku. Jujur saja, otong ku langsung berdiri ketika mbak Mona lebih seperti
mengelus-elus perut ku ketimbang memijit.
“mas, jeans nya buka aja, sekalian paha sama
kakinya saya pijit”
“oke deh mbak”
Seperti sudah saling menerima sinyal
masing-masing, aku pun tanpa malu melepas celanaku hingga tersisa tinggal
celana dalam ku. Mbak Mona pun terlihat sering mencuri-curi pandang ke arah
k0ntol ku yg masih terbungkus CD. Aku sengaja terus menikmati pijatan dan
sentuhannya agar otongku semakin tegap dan semakin membuat mbak Mona salah
tingkah.
Kepala mbak Mona semakin menunduk mendekati
k0ntolku. Sambil terus memijit pahaku dengan balsem, aku terus meikmati pijatan
tangan lembutnya. Karena jarak kepala dan k0ntolku yg semakin dekat, sesekali
ku angkat pinggulku agar menyentuh bibirnya, bukannya menghindar ia malah ikut
menggesek2 k0ntolku dengan bibirnya. Ah! ini sih sudah kena, tinggal eksekusi
saja!
“sebentar ya mas, saya cuci tangan dulu,
kayaknya kalo mau mijitin yg itu ga bisa pake balsem, nanti panas, pake sabun
lebih pas, hiihi”
Kena fikirku!
Seraya mbak Mona berjalan kearah kamar mandi
kontrakanku, aku sudah tak sabar lagi, langsung saja ku ikuti dia dan ku peluk
dari belakang.
“emhh, masss”
ku geraygi payudaranya yg montok, tangan ku yg
satunya meraba kearah memeknya. Ternyata memeknya sudah basah sejak tadi.
Terasa bulu-bulu kasar menghiasi memek nya. Kubalikan badannya kulumat habis
bibirnya.
“mbak jangan bilang-bilang mas Fadel ya, mbak
juga mau kan?”
“iya mas,hmmhhh hmmmmmhhh”
Dikamar mandi kecil itu kulucuti semua pakaian
mbak Mona hingga ia terlanjang bulat, kujilati payudara dan putingnya,
kuplintir-plintir sampai dia merem melek. semakin turun ke bawah, tak luput
memek yg dikelilingi bulu-bulu jembut nya pun ku jilati.
“ahhhhh, emmmhhhhh”
Terlihat sekali mbak Mona menikmati permainanku.
Ia langsung menarik badanku dan melucuti CD yg kupakai. Tanpa basa basi dia
kulum habis k0ntolku yg sudah menegang merah. Nikmat sekali kuluman mbak Mona
ini, pasti mas Fadel ga bosan-bosan ML sama mbak Mona.
Aku lalu duduk di pinggirian bak mandi, ku
angkat badan mbak Mona.
“mbak aku masukin aja langsung ya?”
“iya mas, ayo”
tanpa kesulitan, dengan sekali gerakan k0ntolku
habis ambles di memek mbak Mona yg lembab. Sambil terus menggoyang goyangkan
k0ntolku didalam liang kenikmatannya, aku pun terus mencumbu punduk mbak Mona
yg putih harum.
“ahh ahhh ahhh”.
sekitar 10 menit kami habiskan di kamar mandi,
terlihat wajah mbak Mona sudah klimaks tapi aku tdk ingin cepat-cepat
mengakhiri semua ini. ku gendong dia ke kasur dan kulanjutkan permainan kami.
Dikasur kami habiskan lebih dari 3 gaya, aku
tak peduli mbak Mona sudah mengerang-erang menyerah karena permainan ku yg
maksimal. Aku terus memo,pa k0ntolku di memeknya tanpa ampun.
“ahh mass, aku udah ga kuat massssss, ahhhhhh”
Mbak Mona sudah 2 kali klimaks, sedangkan aku
masih kokoh bertahan dan mengoyak ngoyak memek nya yg sepertinya belum pernah
mendapatkan kenikmatan ini sebelum nya.
Akhirnya di klimaks nya yg ketiga, kami
bersamaan mencapai puncak kenikmatan. dengan dahsyat ku roketkan spermaku
didalam memek mbak Mona.
“ahhhhhhhhhh”
Kami pun terkulai lemas di kaskur kontrakan
kecil itu.
Sejak kejadian itu, jika aku kerja shift 3
selalu kusempatkan ML dengan mbak Mona dipagi hari. tak terhitung entah sudah
berapa kali kami ML. Kini mbak Mona tengah mengandung seorang anak lagi, entah
itu buah percintaan dari Mas Fadel atau dari aku. Singkat cerita setelah melamar kerja
kemana-mana, akhirnya keberuntungan memihak juga padaku. Aku diterima kerja di
sebuah perusahaan bonafid, hanya saja jaraknya yg luar biasa jauh dari kediaman
ku.
karena sudah tdk memungkinkan untuk bisa pulang
pergi akhirnya akupun mengontrak sebuah rumah kecil, lumayan juga letaknya
dekat kantor, dan suasananya pun nyaman.
Rumah kontrakan itu kepunyaan Ibu Eri. Beliau
punya 4 rumah kontrakan, salah satunya ditempati oleh anak kandungnya yg telah
berkeluarga yaitu mbak Mona.
Ibu Eri, Mbak Mona, dan Mas Fadel yg merupakan
suami dari mbak Mona sangat ramah padaku. Tak jarang mereka memberikan
makanan-makanan ke kontrakan ku, mereka benar-benar keluarga yg ramah.
Mbak Mona dan Mas Fadel adalah pasangan suami –
istri yg baru, kira-kira baru 3 tahun usia pernikahan.
Mas Fadel punya usaha rumah service elektronik
yg jaraknya cukup jauh dari tempat tinggal mereka. Namun mas Fadel dan Mbak
Mona terpaksa tetap tinggal disana karena Ibu Eri tdk ingin jauh dari anaknya,
yaitu mbak Mona.
Singkat cerita, suatu hari aku memilih cuti
kerja karena badanku terasa pegal-pegal, mungkin karena terlalu ngejar lembur.
Aku pun berniat ke warung untuk membeli balsem urut, dan didepan ada mbak Mona
sedang menjemur pakaian.
“mas Ido ga kerja?”
“enggak mbak, badan saya pegel-pegel soalnya,
lagi izin cuti.”
Saat itu mbak Mona memakai kaos longgar yg
tipis, sehingga agak menjiplak sketsa bra yg ia pakai, belum lagi tetes-tetes
air cucian yg membasahi bajunya, semakin menambah jelas guratan bra yg ia
kenakan. Buat ukuran wanita sudah menikah dan punya anak balita, body mbak Mona
ini masih bisa dibilang menggairahkan.
“oh, mau dipijitin mas?”
"waduh! dipijitin !'
“wah ga usah lah mbak, ga enak, saya beli
balsem aja deh.”
“saya ada balsem mas, kalo mau nanti saya
pijitin deh sehabis jemur pakaian ya.”
Wah sepertinya niat-niat jahat sudah terkumpul
di otak ku, aku terus membayangkan, bagaimana caranya nanti mbak Mona memijat
tubuhku sambil terus berlanjut memijit k0ntol ku ! hahahaha!
Selesai ia menjemur pakaian, ia pun segera
menyambangi kontrakan ku. Akupun tanpa ragu segera melucuti pakaianku sambil
terus memutar otak bagaimana pijat memijat ini bisa menjadi aktivitas yg ‘lebih
menyenangkan’.
“mbak emang biasa mijitin si mas ya?”
“ah enggak juga mas, mas Fadel mah jarang minta
dipijitin, paling saya mas yg minta dia pijit-pijit hihihi”
wah, si mbak sudah mulai menjurus – jurus nih
fikirku.
“wah asik nih ye main pijit-pijitan, bikin
bujangan ngiri aja si mbak”
“hihihi yaudah biar ga iri nanti mas Ido
pijitin saya juga ya weeee”
eaaaaaaa ! sudah semakin memancing – mancing
dia !
“ah, saya sih mau aja, tapi nanti bisa-bisa
ditempeleng mas Fadel saya mbak”
“hihi ya jangan bilang-bilang mas, coba mas
balikin badannya”
aku kun membalikan badanku yg tadinya
terlungkup menjadi terlentang, sementara mbak Mona kini memijit dada dan
perutku. Jujur saja, otong ku langsung berdiri ketika mbak Mona lebih seperti
mengelus-elus perut ku ketimbang memijit.
“mas, jeans nya buka aja, sekalian paha sama
kakinya saya pijit”
“oke deh mbak”
Seperti sudah saling menerima sinyal
masing-masing, aku pun tanpa malu melepas celanaku hingga tersisa tinggal
celana dalam ku. Mbak Mona pun terlihat sering mencuri-curi pandang ke arah
k0ntol ku yg masih terbungkus CD. Aku sengaja terus menikmati pijatan dan
sentuhannya agar otongku semakin tegap dan semakin membuat mbak Mona salah
tingkah.
Kepala mbak Mona semakin menunduk mendekati
k0ntolku. Sambil terus memijit pahaku dengan balsem, aku terus meikmati pijatan
tangan lembutnya. Karena jarak kepala dan k0ntolku yg semakin dekat, sesekali
ku angkat pinggulku agar menyentuh bibirnya, bukannya menghindar ia malah ikut
menggesek2 k0ntolku dengan bibirnya. Ah! ini sih sudah kena, tinggal eksekusi
saja!
“sebentar ya mas, saya cuci tangan dulu,
kayaknya kalo mau mijitin yg itu ga bisa pake balsem, nanti panas, pake sabun
lebih pas, hiihi”
Kena fikirku!
Seraya mbak Mona berjalan kearah kamar mandi
kontrakanku, aku sudah tak sabar lagi, langsung saja ku ikuti dia dan ku peluk
dari belakang.
“emhh, masss”
ku geraygi payudaranya yg montok, tangan ku yg
satunya meraba kearah memeknya. Ternyata memeknya sudah basah sejak tadi.
Terasa bulu-bulu kasar menghiasi memek nya. Kubalikan badannya kulumat habis
bibirnya.
“mbak jangan bilang-bilang mas Fadel ya, mbak
juga mau kan?”
“iya mas,hmmhhh hmmmmmhhh”
Dikamar mandi kecil itu kulucuti semua pakaian
mbak Mona hingga ia terlanjang bulat, kujilati payudara dan putingnya,
kuplintir-plintir sampai dia merem melek. semakin turun ke bawah, tak luput
memek yg dikelilingi bulu-bulu jembut nya pun ku jilati.
“ahhhhh, emmmhhhhh”
Terlihat sekali mbak Mona menikmati permainanku.
Ia langsung menarik badanku dan melucuti CD yg kupakai. Tanpa basa basi dia
kulum habis k0ntolku yg sudah menegang merah. Nikmat sekali kuluman mbak Mona
ini, pasti mas Fadel ga bosan-bosan ML sama mbak Mona.
Aku lalu duduk di pinggirian bak mandi, ku
angkat badan mbak Mona.
“mbak aku masukin aja langsung ya?”
“iya mas, ayo”
tanpa kesulitan, dengan sekali gerakan k0ntolku
habis ambles di memek mbak Mona yg lembab. Sambil terus menggoyang goyangkan
k0ntolku didalam liang kenikmatannya, aku pun terus mencumbu punduk mbak Mona
yg putih harum.
“ahh ahhh ahhh”.
sekitar 10 menit kami habiskan di kamar mandi,
terlihat wajah mbak Mona sudah klimaks tapi aku tdk ingin cepat-cepat
mengakhiri semua ini. ku gendong dia ke kasur dan kulanjutkan permainan kami.
Dikasur kami habiskan lebih dari 3 gaya, aku
tak peduli mbak Mona sudah mengerang-erang menyerah karena permainan ku yg
maksimal. Aku terus memo,pa k0ntolku di memeknya tanpa ampun.
“ahh mass, aku udah ga kuat massssss, ahhhhhh”
Mbak Mona sudah 2 kali klimaks, sedangkan aku
masih kokoh bertahan dan mengoyak ngoyak memek nya yg sepertinya belum pernah
mendapatkan kenikmatan ini sebelum nya.
Akhirnya di klimaks nya yg ketiga, kami
bersamaan mencapai puncak kenikmatan. dengan dahsyat ku roketkan spermaku
didalam memek mbak Mona.
“ahhhhhhhhhh”
Kami pun terkulai lemas di kaskur kontrakan
kecil itu.
Sejak kejadian itu, jika aku kerja shift 3
selalu kusempatkan ML dengan mbak Mona dipagi hari. tak terhitung entah sudah
berapa kali kami ML. Kini mbak Mona tengah mengandung seorang anak lagi, entah
itu buah percintaan dari Mas Fadel atau dari aku.
