Aku baru lulus kuliah dan bingun mau kerja jadi apa soalnya
dijaman sekarang memang susah untujk mencari kerjaan tapi aku kepingin untuk
menjadi PNS katanya masa depannya itu cerah dan itu menjadi acuan semua banyak
orang. Perkenalkan namaku Andika (samaran) banyak yang telah aku lakukan agar
lolos tes PNS ikut bimbingan tes CPNS, mengasi uang pelicin, menyewa joki,
sampai ke dukun sekalipun akan dilakukan.
Entah karena putus asa setelah beberapa kali gagal dalam tes,
akhirnya aku juga memakai jasa dukun atau orang pintar dan bukan mbak errot
lho. Menurut info yang aku peroleh dari sahabatku , ada seorang dukun di
pinggir kota yang dulu pernah meloloskannya menjadi PNS.
Malam itu aku sendirian pergi mencari rumah dukun itu.
Setelah sempat muter-muter nanya sana-sini, akhirnya aku tiba di sebuah rumah
sederhana yang nyaris tidak terlihat dari jalan raya.
Halamannya yang luas dan tertutup rimbunnya pohon-pohon
mangga membuat suasana menjadi sejuk dan tenang. Setelah beberapa kali mengetuk
pintu, seorang wanita setengah baya dengan senyum ramahnya membukakan pintu.
“Permisi, apa benar ini rumahnya Mbak Ayik ( nama samaran
juga )?” tanya kemudian.
“Oh iya, saya sendiri. Silakan masuk, Pak!” Setelah
dipersilakan duduk, tanpa basa-basi aku segera memperkenalkan diri dan langsung
mengutarakan maksud kedatanganku.
“Ooo, jadi Pak Andika ini juga pengen jadi PNS tohhhh?”
“Iya Mbak! Saya juga sudah membawa sebotol madu murni sebagai
syarat, seperti yang dikatakan teman saya.” Aku menyodorkan satu botol madu
murni kepada Mbak Ayik .
“Kalau begitu, silakan Pak Andika ikut saya ke dalam!” Mbak
Ayik beranjak dari duduknya sambil membawa botol madu yang aku berikan tadi.
Beliau berjalan menuju ke sebuah kamar di ujung ruangan. Dari
belakang aku membuntutinya sambil memperhatikan gerakan pantat montoknya yang
membuatku menelan ludah.
Sesampainya di dalam ruangan yang redup itu, Mbak Ayik
menutup pintu dan menyuruhku membuka pakaianku.
“Maaf ya Pak Pak ! Tolong pakaiannya di lepas dan silakan
berbaring di ranjang itu! Kita akan segera memulai ritualnya!”
“Semuanya, Mbak?” tanyaku malu-malu.
Mbak Ayik tersenyum, “Pak Andika gak usah malu. Anggap saja
saya tidak ada.
Toh ini kan juga demi cita-cita Pak Andika !” Mbak Ayik
benar, pikirku. Lagi pula aku sudah terlanjur datang ke sini, jadi aku tidak
perlu malu lagi.
Sementara Mbak Ayik menyiapkan kelengkapan ritual, aku segera
menanggalkan semua busanaku kemudian berbaring di atas ranjang yang tidak
terlalu empuk itu.
Beberapa saat kemudian, dengan sebotol madu di tangannya,
Mbak Ayik datang dan duduk di sampingku. Sesaat aku sempat melihat Mbak Ayik
mengamati tubuh telanjangku.
Pandangannya terkesan liar, seolah tengah melihat ayam
panggang yang siap untuk di santap.
Dengan duduk bersimpuh di sampingku, Mbak Ayik mulai
menuangkan madu murni itu ke sekujur tubuhku.
Aku memejamkan mata saat tangan lembut Mbak Ayik mulai
menyentuh dada aku, meratakan madu yang lengket itu ke setiap sudut tubuhku.
Jemarinya yang lentik dengan lihai menari-nari, meremas-remas
dada bidangku dan putingnya, dan mempermainkan bulu-bulu halus yang tumbuh di
atasnya.
Aku menggigit bibirku sendiri, mencoba mengendalikan aliran
darahku yang bergejolak menuju ke arah pangkal paha aku.
“Pak Andika sudah punya pacar?” tanya Mbak Ayik memecah
keheningan.
“Eh, saya baru menikah enam bulan yang lalu, Mbak!”
“ehmmm… jadi masih pengantin baru to! Wah, lagi
panas-panasnya dong, Pak !” kata Mbak Ayik meledek.
“Ah, Mbak Ayik ini bisa saja!” Tanpa sengaja tanganku
menyentuh lutut Mbak Ayik ketika beliau memindahkan tanganku yang tadi menutupi
kemaluanku.
Aku juga sempat melirik pahanya yang sedikit tersingkap. Wah,
mulus juga pahanya, pikirku. Tanganku jadi betah berlama-lama di atas paha
mulus itu.
Mbak Ayik membiarkannya ketika tanganku mengelusnya. Bahkan
beliau malah melebarkan pahanya. Seolah memberikan tanganku peluang untuk
bergerak menelusuri paha bagian dalamnya.
Darahku semakin mendidih manakala dengan lincahnya jemari
Mbak Ayik turun ke perutku, membelai bulu-bulu halusnya dan memijat perutku,
yang keras dan liat.
“Wah… badan Pak Andika kekar juga yah? Tinggi lagi. Pasti Pak
Andika rajin olah raga.”
“Ya, setiap enam hari dalam seminggu, setiap pagi dan sore
saya usahakan untuk olah raga meskipun hanya sejam. Biasanya sih saya rutin
fitnes.”
“wahhhh.. pantesan adik Pak Andika gede!”
“Maksud Mbak Ayik , adik yang mana?” tanyaku pura-pura bodoh.
“Maksud saya adik yang ini…..” kata Mbak Ayik sambil meremas
kejantananku tanpa rasa canggung.
Ada rasa kaget sekaligus senang dengan perlakuan Mbak Ayik .
Beliau dengan lembut melumuri kejantananku dengan madu, kemudian mengocoknya
pelan.
“opsttt … Mbak! Enak…!” aku melenguh nikmat.
Aku juga semakin berani dengan menyingkap roknya dan memilin
pahanya lebih jauh lagi.
Dan ternyata Mbak Ayik menanggapi positif tindakanku itu.
Terbukti dengan ia sedikit mengangkat pantatnya agar aku bisa mencapai pangkal
pahanya.
Wow! Sekali lagi aku terkejut sekaligus senang manakala
tanganku menyentuh rambut-rambut halus di antara pangkal paha Mbak Ayik .
Ternyata beliau sudah tidak memakai celana dalam.
Perlahan-lahan aku mulai menggosok bibir memek Mbak Ayik yang
sudah basah itu dengan jariku.
Mbak Ayik bertambah kelojotan dan semakin bersemangat
mengocok batang kontolku.
Perlahan-lahan batang kejantananku itu mulai membesar dan
mengeras.
Tanpa rasa jijik, Mbak Ayik mulai menjilati sisa-sisa madu
yang menempel di sekitar pangkal paha aku, melumat buah zakarku, kemudian
bergerak naik menyapu urat-urat kontolku yang sudah bertonjolan.
“Gimana Pak Pak ? Enak kan?” tanya Mbak Ayik di sela-sela aksinya.
“Ahh… nikmat banget Mbak! Saya belum pernah merasakan
senikmat ini!” Aku memang belum begitu berpengalaman dalam hal sex.
Selama berhubungan dengan isteriku, kami hanya melakukan
dengan cara konvensional saja.
Namun kali ini Mbak Ayik memberikan pelajaran baru yang
ekstrim.
Ekstrim enak… Terbukti ketika Mbak Ayik dengan lembut
memasukkan ujung kontolku ke mulut mungilnya, langsung saja berjuta kenikmatan
menghampiriku.
“ohhhhh..yeahhh nak, Mbak!” nafasku semakin memburu. aku
merintih-rintih nikmat, namun Mbak Ayik masih asyik mempermainkan kontolku di
dalam rongga mulutnya.
Aku juga semakin berani. Kutarik roknya sampai terlepas.
Bahkan Mbak Ayik juga turut melepaskan kaosnya sendiri. Gila!
Di usianya yang sudah tidak muda lagi, ternya Mbak Ayik masih
memiliki tubuh yang bagus.
Kulitnya putih mulus, Tokednya yang kencang dan montok, serta
pantatnya yang bulat menggemaskan membuatku seolah ingin mengunyahnya. Oh,
sungguh seksi sekali dukun ini.
“wakzzz…. kontol Pak Andika memang luar biasa besarnya. Hhhmmmm….
saya memang sudah lama mendambakan kontol sebesar ini.
Hhhmmm…!” dengan rakus Mbak Ayik kembali melumat
kejantananku. Kali ini beliau mengangkangi tubuhku dan menyodorkan memeknya
tepat ke wajahku.
Dengan naluriku, aku mendekatkan mulutku ke memek Mbak Ayik
yang merekah merah. Bau harum yang keluar sangat merangsang syaraf otakku untuk
menjilatnya.
Perlahan-lahan kujulurkan lidahku, dan kusapu permukaan
memeknya dengan lembut.
“ohhhhh..yahhhhh… begitu Pak ! Jilat terus punya saya….!Oooghhh…tuhan!”
Mbak Ayik bertambah semangat mempermainkan kontolku di dalam
mulutnya.
Sementara tangannya mengocok batang kontolku, kepalanya juga
bergerak naik turun.
Sesekali beliau menyedot-nyedot ujung kontolku kuat-kuat.
Cukup lama kami dalam posisi ini, saling menjilat, mengulum dan mengocok
kemaluan masing-masing.
Berapa saat kemudian Mbak Ayik melepaskan kulumannya.
“Gimana, Pak Andika Suka kan?” tanya Mbak Ayik sambil
tersenyum pada aku.
Aku hanya mengangguk pelan sambil menikmati jemari Mbak Ayik
yang masih memijit-mijit batang kontolku.
“Berdasarkan pengamatan saya, kebanyakan orang yang mempunyai
kontol besar mempunyai keinginan yang besar pula.
Saya yakin, kali ini Pak Andika pasti akan bisa jadi Pegawai
Negeri.” kata Mbak Ayik menjelaskan. “Tapi sekarang, biarkan saya
bersenang-senang dulu dengan kontol Pak Andika yang besar ini!”
Mbak Ayik mengambil posisi duduk di atas paha aku.
Perlahan-lahan beliau meraih kejantananku dan membimbingnya menuju ke liang
sugawinya yang sudah basah.
Dia terlihat meringis saat ujung kontolku mulai memasuki
memiawnya yang hangat.
Entah karena memiaw Mbak Ayik yang sempit, ataukah karena
kontolku yang besar, proses penetrasi itu berjalan dengan lambat namun nikmat.
Mbak Ayik tampak susah payah berusaha agar batang kontolku
bisa masuk utuh ke dalam memiawnya. Sampai akhirnya…
“Aaougghh…. aduh Pak Andika ! Gede banget kontolmu!” tubuh
Mbak Ayik yang mulus tampak berkilat-kilat oleh cucuran keringatnya.
Beberapa kali ia menghirup nafas dalam-dalam sambil
membiarkan batang kontolku terbenam dalam rongga memeknya yang sempit.
Beberapa saat kemudian Mbak Ayik mulai beraksi. Dengan kedua
tangannya bertumpu pada dada bidangku, beliau mulai mengayunkan pantatnya
naik-turun.
“uuhhhhh… ohhhhhhhh…!” Aku mendesah-desah keenakan. Kedua
tanganku memegang pinggul Mbak Ayik untuk mengatur gerakan naik-turunnya.
Sesekali tanganku juga merayap naik, menggapai dua buah benda
kenyal yang melambai-lambai indah seiring dengan gerakan naik turun tubuhnya.
Dengan liar Mbak Ayik menghentak-hentakkan pantatnya,
meliuk-liuk di atas tubuhku, seperti seekor ular betina yang tengah membelit
mangsanya.
Terkadang beliau juga membuat goyangan memutar-mutar
pantatnya sehingga jepitan memeknya terasa mantap. Batang kontolku terasa
seperti di pelintir dan dipijit-pijit di dalam lubang kenikmatan itu. Terasa
sangat hangat dan nikmat. Ooouuuhhh…
Semakin lama gerakan Mbak Ayik semakin liar tak terkendali.
Menghujam-hujam kejantananku semakin dalam dan mentok sampai dinding terdalam
rongga memeknya. Nafas kami juga semakin memburu, seperti bunyi lokomotif tua
yang berjalan dengan sisa-sisa tenaganya.
“Oh, Pak Andika …, saya…sudah…nggak kuat…lagi…!
Mbak Ayik menjerit nikmat berbarengan dengan muncratnya magma
panas dari dalam rahimnya. Beliau mencengkeram kuat-kuat dada aku. Seolah ingin
menancapkan kuku-kukunya ke dalam bukit dada aku.
“Ooohhh… sebentar lagi Mbak! Saya juga sudah mau keluar…
ooohhh… yeaahhh….!”
Aku juga mempercepat gerakanku. Meskipun Mbak Ayik terlihat
lelah, namun aku masih bisa menopang tubuhnya dan menggerakkan pinggulnya ke
atas dan ke bawah.
Beberapa menit kemudian, aku merasakan batang kontolku
semakin mengencang dan mulai berdenyut-denyut. Aku segera mempercepat
gerakanku.
Kuhentak-hentakkan tubuh Mbak Ayik . Bunyi berkecipak semakin
terdengar nyaring. Sampai akhirnya…..
“Saya… keluar Mbak! Oogghhh…!” aku meregang nikmat bersamaan
dengan menyemburnya sperma di dalam rongga kenikmatan Mbak Ayik .
Seketika tubuhku lemas. Aku sudah tak mampu lagi menopang
beban Mbak Ayik yang berada di atas tubuhku.
Beliau ambruk menindih tubuhku sementara batang kejantananku
masih tetap menancap di memeknya yang hangat. Dalam hati aku kagum dengan
wanita ini.
Beliau telah memberikan pengalaman baru dalam bercinta. Belum
pernah aku merasakan pengalaman senikmat ini dalam berhubungan sex.
“Pak Andika memang benar-benar hebat!” kata Mbak Ayik sambil
membelai dan sesekali menciumi bulu-bulu halus di dadaku.
“Mbak juga hebat! Belum pernah saya sepuas ini, Mbak!” Aku
mengecup kening beliau dan membelai-belai rambut dan Tokednya yang terurai
panjang. Tak berapa lama kemudian kami pun terlelap saling berpelukan.
Entah sudah berapa lama aku terpejam, ketika aku merasakan
sesuatu yang merayap di atas perutku.
Sesuatu yang hangat dan lembut. Perlahan aku membuka mataku,
ternyata Mbak Ayik tengah asyik menciumi, menjilati dan melumat permukaan kulit
perut sixpackku.
“Aahhh…, Mbak Ayik masih pengen nambah lagi?” desahku pelan.
Mbak Ayik tersenyum manja, “Habis…, kontol Pak Andika guede
sih! Siapa sih yang gak ketagihan ama kontol segede ini!”
“Ah, Mbak Ayik ini bisa aja!” aku hanya merem melek,
menikmati tangan beliau yang bermain main nakal di selangkanganku.
Dengan lembut Beliau membelai kejantananku dan mengurut-urutnya
dengan jempol dan telunjuknya.
Terasa nikmat memang. Mbak Ayik bertambah antusias ketika
batang kontolku mulai membesar dan mengeras. Dan dengan rakus, Mbak Ayik mulai
menjilatinya, melumat dan mengocok kejantananku dengan mulut mungilnya.
“Aaahhh…, aaahhh…, enak Mbak! Oohhh…!” aku hanya bisa
mengerang keenakan.
“Hhhhmmm…., Pak Andika mau yang lebih enak lagi?” tanya Mbak
Ayik menggoda.
“Emang ada yang lebih nikmat, Mbak?”
“Coba Pak Andika berdiri!” aku menuruti perintah Mbak Ayik .
Dengan kondisi tubuhku masih telanjang bulat, aku berdiri di atas ranjang.
Sementara itu, Mbak Ayik yang berlutut di hadapanku tampak
memandangi batang kejantananku yang sudah berdiri mengangguk-angguk.
Perlahan-lahan Mbak Ayik meraihnya dan mengocoknya dengan
lembut. Kukira beliau akan memasukkan batang kontolku ke dalam mulutnya, tapi
ternyata tidak.
Beliau ternyata malah menggosok-gosokkan batang kontolku di
permukaan Tokednya yang lembut.
“Oohhh…. yaaahhh! Enak banget Mbak!”
“Ini masih belum seberapa, Pak ! Coba Pak Andika rasakan yang
ini…” Mbak Ayik menggeser batang kontolku dan menyelipkannya di antara belahan
Tokednya. “Sekarang, coba ayunkan pantat Mas Andika !”
Aku menurut saja. Perlahan-lahan aku mengayunkan pantatku
maju dan mundur, sementara Mbak Ayik menekan-nekan Tokednya kencang sehingga
batang kontolku terasa terjepit-jepit diantara susunya yang kenyal.
“Oouuhhh…! Mbak Ayik memang benar-benar pandai memanjakan
pria! Ini benar-benar luar biasa, Mbak!” aku mendesah-desah nikmat.
Susu Mbak Ayik yang menekan-nekan kontolku membuat diriku
serasa melayang. Lama juga kami melakukan foreplay ini. Sampai akhirnya Mbak
Ayik meminta aku untuk segera menuntaskan permainan itu.
“Aahhh…, Pak Andika ! Mbak sudah kepengen banget nih!” rengek
Mbak Ayik .
Beliau melepaskan jepitan susunya dan kemudian mengambil
posisi seperti orang sedang menungging.
Meskipun aku masih belum begitu pengalaman, namun aku sudah
pernah melihat posisi seperti itu dalam film porno.
Perlahan-lahan aku membimbing kejantananku yang sudah berdiri
keras ke arah lubang kewanitaan Mbak Ayik yang menganga dari belakan.
Mbak Ayik tampak menggigit bibir sendiri ketika aku mulai
menggesek-gesekkan ujung kontolku di bibir memeknya.
“Ooouhhh…, ooohhh…! Cepetan masukin dong Pak !” rengek Mbak
Ayik .
Pelan-pelan kutusukkan ujung kejantananku ke arah memek Mbak
Ayik yang memerah.
“Aahhhh…!” aku melenguh nikmat. Di usianya yang sudah tidak
muda lagi, tapi Mbak Ayik masih memiliki memiaw yang seret lagi keset.
Jepitannya masih terasa kuat, seolah-olah ingin meremukkan
batang kontolku. Terlebih ketika seluruh batang kontolku tertanam dan terhisap
di dalam rongga memiawnya.
Sesaat aku membiarkan kontolku tertancap. Kemudian, pelan
tapi pasti aku mulai mengayunkan pantatku maju-mundur.
“Aaaahhhh…, yeaahhh….! Sodokanmu mantep banget Pak Andika ,
Ooohhh…!” Mbak Ayik mengoceh tak karuan.
Ah-uh-ah-uh, oh-yeh-oh-yeh! Beliau juga hanya bisa
meremas-remas seprei kusut itu saat gerakanku mulai cepat. Lama juga kami
bermain dalam posisi doggy itu, sampai akhirnya Mbak Ayik terlihat sangat
lelah.
“Aduh…, Oouhhh… kita istirahat dulu ya sayang! Ooohhh…!”
Aku mencabut kontolku, sedangkan Mbak Ayik terguling ke
samping dan terkapar dengan tubuh bersimbah keringat.
Payudaranya yang montok tampak naik turun seiring dengan deru
nafasnya yang terengah-engah.
Setelah mengatur nafas beberapa saat, akupun mulai
melanjutkan aksiku.
Kubentangkan kaki Mbak Ayik ke samping lebar-lebar, kuangkat
kaki kanannya dan kuletakkan di atas bahuku.
Perlahan-lahan kutarik pinggang Mbak Ayik dan kuarahkan
batang kontolku menuju liang surgawinya yang menganga, dan sleeeep…!
Kembali kejantananku tertanam dalam lobang hangat itu.
“Aduuhh…, pelan-pelan dong sayang!” rintih Mbak Ayik .
Kembali aku ayunkan pantatku perlahan-lahan namun pasti. Mbak
Ayik yang berada di bawahku tampak kelojotan menikmati aksiku ini.
Terlebih ketika aku membercepat ayunanku dan menekan
kuat-kuat batang kontolku ke dalam rahimnya.
Beliau hanya bisa mengerang nikmat sambil mencengkeram
kuat-kuat otot-otot lengan dan dadaku. Sambil terus bergerak maju mundur,
seskali aku meremas-remas, menjilat, dan menciumi Tokednya.
“Iyaah…aaghhh! Terus sayang…yahhh…yaahh…oouugghhh….!” Mbak
Ayik mengoceh tak karuan. Namun aku tidak menghiraukannya. Aku terus memompa
tubuh seksinya dengan gerakan mengorek-ngorek lubang nikmat itu. Semakin lama
gerakanku semakin liar.
“Ooohh…, Pak ! Saya sudah nggak sanggup lagi…., Ooohhh….,
saya mau keluarrr….!”
Aku merasakan dinding-dinding memek Mbak Ayik mengerut dan
berdenyut-denyut, mencengkeram dan meremas-remas batang kontolku dari dalam.
Semakin lama kedutan memek Mbak Ayik semain cepat, hal yang
sama juga terjadi padaku. Batang kontolku sudah terasa ngilu dan
berdenyut-denyut. Sampai akhirnya…..
“Aaarrggghhh….! Aku keluar lagi Pak !” Mbak Ayik menjerit
puas. Aku semakin mempercepat gerakanku, mengoyak-ngoyak isi memek Mbak Ayik .
Namun sebelum sperma keluar, aku segera mencabut kontolku.
Sambil mengocoknya dengan tanganku, aku menyodorkan batang kontolku ke bibir
Mbak Ayik yang terbuka.
Aku semakin mempercepat kocokan tanganku sampai akhirnya….
“Aaaaggghh….aaaghh….aaaghhh…!”
Crot…crot…croottt! Cairan putih kental muncrat beberapa kali
ke mulut Mbak Ayik . Tanpa rasa jijik beliau menelan habis spermaku, kemudian
menjilati sisanya yang masih menempel di batang kontolku.
Seketika tubuhku lemas, tulang-tulangku seolah rontok. Dan
aku pun terkapar di sisi Mbak Ayik .
“Oh, Pak Andika benar-benar perkasa! Terima kasih ya Pak !”
aku memeluk tubuh Mbak Ayik dan mencium keningnya. Beliau tampak tersenyum puas
sambil meletakkan kepalanya di atas dadaku dan mengusap-usap bulu-bulu halus di
atasnya.
“Kalau saya berhasil jadi Pegawai Negeri, Mbak Ayik mau minta
apa?” tanyaku kemudian.
Mbak Ayik bangkit dan duduk bersimpuh di sampingku. “Saya
tidak minta apa-apa kok, Pak !” beliau tersenyum, “Pak Andika tidak perlu
membelikan saya apapun!
Saya cuma minta ini…..” Mbak Ayik meraih kontolku yang
terkulai tak berdaya. Kemudian mengurut-urutnya dengan jemarinya yang lentik.
“Maksud Mbak Ayik ?” tanyaku tidak mengerti.
“Kalau Pak Andika berhasil jadi PNS, saya cuma ingin Pak
Andika mengunjungi saya setiap seminggu dua sampai tiga kali, memberi saya
jatah untuk dient*t pakai punya Pak Andika yang besar dan panjang ini…..”
lanjut beliau sambil menjilati sisa-sisa sperma yang masih lengket di batang
kontolku.
“Ah, kalau itu sih gampang! Dengan senang hati saya akan
selalu siap melayani mbak!”
Mendengar jawabanku Mbak Ayik kegirangan. Dan beliau kembali
menggugah birahiku dengan memberikan kuluman dan kocokan di batang kontolku.
Beberapa minggu kemudian akhirnya aku benar-benar lolos
menjadi PNS. Dan setelah dilaksanakan pelantikan, aku memenuhi janjiku kepada
Mbak Ayik .
Setiap kali ada kesempatan, aku selalu berkunjung ke tempat
Mbak Ayik . Tentu saja untuk memberinya kepuasan.
Dan selama berhubungan dengannya, beliau masih saja mengakui
kejantananku dalam bermain cinta! Begitulah Cerita Sex Ngentot Dukun Sexy Agar
Jadi Pegawai Negeri Sipil kali ini demi cita citaku menjadi seorang PNS.
