Cerita sex terbaru ini terjadi
sekitar satu setengah tahun yang lalu. Nama saya Tio dan bekerja di sebuah
perusahaan nasional di Jakarta. Saya mengepalai bagian penjualan, dan otomatis
saya sering pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan, apalagi bila ada
peluncuran produk baru.
Sekitar setahun yang lalu, saya
ditugaskan ke Manado. Di sana kebetulan perusahaan kami mempunyai mess yang
biasa digunakan oleh tamu-tamu yang datang dari kota lain. Mess-nya sendiri
lumayan besar, dan di halaman belakang ada kolam renangnya.
Selama di Manado saya ditemani
oleh Susan yang juga mengepalai bagian penjualan di sana. Sebagai gambaran,
Susan tingginya sekitar 165 cm, berat sekitar 54-55 kg dan kulitnya putih
mulus.
Usianya sekitar 28
tahun, dan menurut saya orangnya sangat menarik (baik dari segi fisik maupun
personality). Beberapa hari di sana, kami pergi mengunjungi beberapa
distributor di Manado, dan Susan juga sempat mengajak saya jalan-jalan seperti
ke danau Tiodano ditemani beberapa rekan kantor lainnya.
Hubungan saya dengan Susan
menjadi cukup dekat, karena kami banyak menghabiskan waktu berdua walaupun
sebagian besar adalah urusan kantor. Susan sangat baik pada saya, dan dari
tingkah lakunya saya dapat merasakan kalau Susan suka pada saya.
Pertama-tama saya pikir kalau
mungkin itu hanya perasaan saya saja. Walaupun dalam hati saya juga suka dengan
dia, saya tdk berani untuk mengatakan atau memberi tanda-tanda kepada dia. Toh,
saya baru beberapa hari kenal dengan dia dan memang untuk urusan wanita saya
tergolong pemalu. Bagaimana kalau dia ternyata tdk ada perasaan apa-apa ke
saya? Wah, bisa hancur hubungan baik yang telah saya bina dengan dia beberapa
hari itu.
Suatu sore setelah pulang kerja,
Susan seperti biasa mengantar saya pulang ke mess. Saya menanyakan apakah dia
mau mampir dulu sebelum pulang. Susan setuju dan masuk ke dalam mess bersama
saya. Kami ngobrol-ngobrol sebentar, dan saya ajak Susan ke halaman belakang
untuk duduk di kursi panjang dekat kolam renang.
Kolam renangnya sangat menggoda,
dan saya tanya Susan apakah dia mau menemani saya berenang. Dia bilang kalau
sebenarnya dia mau, tapi tdk bawa baju renang dan baju ganti sama sekali. Saya
menawarkan untuk memakai celana pendek dan kaos saya.
“Nanti sekalian mandi di sini
saja sebelum kita pergi makan malam..” kata saya.
Susan setuju dan saya ke kamar
untuk mengambil kaos dan celana pendek untuk dipinjamkan ke Susan. Saya sendiri
juga berganti pakaian dan mengenakan celana pendek saya yang lain.
Setelah berganti pakaian, kami pun
berenang bersama. Karena baju kaos yang saya pinjamkan berwarna putih dan
bahannya cukup tipis, buah dada Susan yang ukurannya di atas rata-rata tercetak
cukup jelas walaupun dia masih memakai bra.
Kami berenang sekitar 20 menit,
dan setelah selesai saya pinjamkan Susan handuk untuk mandi di kamar saya yang
kebetulan lebih bersih dari kamar mandi yang ada di ruang depan. Saya sendiri
mandi di ruang depan.
Begitu selesai mandi, saya ke
kamar saya untuk melihat apakah Susan sudah selesai atau belum. Ternyata Susan
masih di kamar mandi, dan beberapa menit kemudian keluar dengan hanya memakai
handuk yang dililitkan di badannya.
Handuk yang saya pinjamkan tdk terlalu
besar, sehingga hanya mampu menutupi sebagian buah dada dan sedikit pahanya.
Belahan dadanya terlihat jelas dan mungkin sedikit lebih turun lagi putingnya
akan terlihat. Dengan rambut yang masih basah, Susan terlihat sangat seksi.
Susan berdiri di depan pintu
kamar mandi dan bilang kalau dia harus mengeringkan bra dan celana dalamnya
yang masih basah. Waktu Susan mengangkat kedua tangannya untuk menyibakkan
rambutnya, handuknya terangkat dan kemaluannya terlihat. Saya tdk tahu apakah
Susan sadar atau tdk kalau handuknya terlalu pendek dan tdk dapat menutupi
kemaluannya. Rambut kemaluan Susan lumayan lebat.
Susan kemudian duduk di ranjang
saya dan menanyakan apakah dia boleh menunggu sebentar di kamar saya sampai
pakaian dalamnya kering. Tentu saja saya membolehkan, dan setelah mengobrol
beberapa saat, Susan menyandarkan badannya ke sandaran ranjang dan menjulurkan
kakinya ke depan. Kakinya yang panjang terlihat mulus. Melihat itu semua,
kemaluan saya mulai menegang.
Saya tanya dia,
“Sambil nunggu celana kamu
kering, mau aku pijitin nggak..?”
“Mau dong, asal enak yah
pijitannya..”
Saya minta dia membalikkan
badannya, dan saya mulai memijati kakinya. Beberapa saat kemudian saya mulai
memberanikan diri untuk naik dan memijat pahanya. Susan sangat menikmati
pijatan saya dan sepertinya dia juga sudah mulai terangsang. Hal ini terbukti
dengan dibukanya kedua kakinya, sehingga kemaluannya terlihat dari belakang,
walaupun tubuhnya masih dibalut handuk.
Saya pun mulai memijat pahanya
bagian dalam, dan terus naik sampai ke selangkangannya. Susan diam saja, dan
saya memberanikan untuk mengelus kemaluannya dari belakang. Juga tdk ada reaksi
selain desah nafas Susan tanda bahwa dia sudah terangsang dan menikmati apa
yang saya lakukan.
“Susan, buka yah handuknya biar
lebih mudah..” kata saya.
Tanpa diminta lagi, Susan
membalikkan badannya dan melepaskan handuknya, sehingga tubuhnya sekarang
telanjang bulat di depan saya. Buah dada Susan ternyata lumayan besar dan
sangat indah. Ukurannya mungkin 3B dan putingnya berwarna kemerahan.
“Tio, buka dong celana pendek
kamu..!” pintanya.
Saya berdiri dan melepaskan
celana yang saya kenakan. Kemaluan saya sudah sangat menegang dan saya pun naik
ke ranjang dan tiduran di sebelah Susan.
“Kamu diam saja di ranjang, biar
aku yang buat kamu senang..,” katanya.
Saya pun tidur telentang, dan
Susan naik ke badan saya dan mulai menciumi saya dengan penuh nafsu.
Beberapa menit kemudian ciumannya
dilepaskan, dan dia mulai menjilati badan saya dari leher, dada dan turun ke
selangkangan saya. Susan belum menjilati kemaluan saya dan hanya menjilati
selangkangan dan paha saya sebelah dalam.
Saya sangat terangsang dan meminta
Susan untuk memasukkan kemaluan saya ke dalam mulutnya. Susan mulai menjilati
kemaluan saya, dan sesaat kemudian memasukkan kemaluan saya ke dalam mulutnya.
Ternyata Susan sudah sangat ahli. Pasti dia sudah sering melakukannya dengan
bekas pacarnya, pikir saya.
Memang sebelum itu Susan pernah
berpacaran dengan beberapa pria. Saya sendiri saat itu masih perjaka. Saya
memang juga pernah berpacaran waktu kuliah, tetapi pacaran kami hanya sebatas
heavy petting saja, dan kami belum pernah benar-benar melakukan hubungan seks.
Saya minta Susan untuk membuat
posisi 69, sehingga selangkangannya sekarang persis di depan hadapan wajah
saya. Sambil Susan terus mengulum dan menjilati kemaluan saya, saya sendiri
juga mulai menjilati kemaluannya. Ternyata kemaluannya berbau harum karena dia
baru saja selesai mandi.
Rambut kemaluannya juga lebat,
sehingga saya perlu menyibakkannya terlebih dahulu sebelum dapat menjilati
klitorisnya. Kami saling melakukan oral seks selama beberapa menit, dan setelah
itu saya minta Susan untuk tiduran. Dia merebahkan badannya di ranjang, dan
saya mulai menjilati buah dada dan putingnya.
Susan sudah sangat terangsang,
“Hmmm.. hmmm.. terus Tio..
terus..!”
Saya terus menjilati tubuhnya
sampai ke kemaluannya. Rambut kemaluannya saya sibakkan dan saya jilati bibir
kemaluan dan klitorisnya. Cairan kemaluannya terasa di lidah saya. Tubuh Susan
menggelinjang hebat dan pantatnya diangkat seolah-olah ingin saya menjilatinya
lebih dalam lagi.
Tangannya menekan kepala saya
sampai hampir seluruh wajah saya terbenam di kemaluannya. Saya semakin
bersemangat memainkan ujung lidah saya yang menyapu kemaluan Susan, dan
kadang-kadang saya gigit perlahan klitorisnya.
Susan benar-benar menikmati apa
yang saya lakukan, dan semakin membuka pahanya lebar-lebar. Dia terus menekan
kepala saya dan menaik-turunkan pinggulnya.
“Ach.. ach.. ach.. I’m coming,
I’m coming..!” teriaknya.
Saya terus menjilati klitorisnya
dengan lebih cepat, dan sesaat kemudian dia berteriak,
“Acchh.. Acchh.. Acchh..” tanda
kalau dia sudah orgasme.
Kemaluannya sudah sangat basah
oleh cairan kemaluannya.
Susan melenguh sebentar dan
berkata,
“Tio, masukin dong, saya mau
nih..!”
Saya bilang kalau saya belum
pernah melakukan ini, dan takut kalau dia hamil.
“Jangan takut, saya baru saja
selesai mens kok, jadi pasti nggak bakalan hamil..”
“Kamu di atas yah..!” kata saya.
“Ya udah, tiduran sana..!”
Saya tiduran dan Susan duduk di
atas saya dan mulai memasukkan kemaluan saya ke mekinya dengan perlahan. Wah,
nikmat sekali.. ternyata begitu rasanya berhubungan seks yang sesungguhnya.
Susan mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya dan kedua tangannya diangkat ke
atas. Saya memegang kedua buah dadanya sambil Susan terus bergoyang, makin lama
makin cepat.
Beberapa saat kemudian saya sudah
tdk tahan lagi dan ejakulasi sambil memeluk tubuh Susan erat-erat. Belum pernah
saya merasakan kenikmatan seperti itu. Kami pun berciuman dan kemudian ke kamar
mandi untuk membersihkan badan yang penuh dengan keringat. Di kamar mandi saya
menyabuni tubuh Susan dari atas ke bawah, dan hal yang sama juga dia lakukan ke
saya.
Khusus untuk kemaluannya, saya
memberikan perhatian khusus dan dengan lembut menyabuni klitorisnya dan
memasukkan jari saya untuk membersihkan mekinya yang basah oleh air mani saya.
Kelihatan kalau Susan sangat menikmati itu, dan kakinya pun dibuka lebar-lebar.
Selesai mandi, kami kembali ke
kamar dan membicarakan apa yang baru kami lakukan. Terus terang saya tdk pernah
berpikir untuk melakukan hubungan seks dengan Susan secepat itu, karena kami
belum lama kenal dan semuanya juga terjadi dengan tiba-tiba. Susan bilang kalau
sebenarnya dia suka dengan saya dari awal, dan memang sudah mengharapkan untuk
dapat melakukan ini dengan saya.
Setelah kejadian itu, kami beberapa
kali melakukan hubungan seks di mess sepulang dari kantor. Karena di mess tdk
ada pembantu (pembantu hanya datang di pagi hari untuk membersihkan rumah atau
mencuci baju), kami bebas melakukannya di luar kamar baik di ruang tamu,
halaman belakang dan juga kolam renang. Benar-benar beberapa hari yang tdk
dapat saya lupakan. Sayang hubungan kami tdk berlanjut setelah saya kembali ke
Jakarta karena jarak yang memisahkan kami.
Sebenarnya saya pernah minta
Susan untuk pindah kerja ke Jakarta, tapi dia tdk mau dengan alasan orang
tuanya tdk mengijinkan, karena dia anak satu-satunya. Juga mungkin bagi Susan
saya hanyalah salah satu pria yang lewat dalam hidupnya.
