Sore tadi kira-kira pukul 15:20 Wib saat aku sedang berada
di dalam tempat kerjaku. Aku bekerja di salah satu BPR di Surabaya. Aku
memiliki ruangan tersendiri karena tugasku yg tdk memungkinkan jika bergabung
dengan rekan kerja lainnya.
Yuyun sekretaris ku memanggilku lewat Intercome mengatakan
bahwa seseorang yg ada janji dengan ku mau menghadap, sejenak aku teringat pada
seorang laki-laki yg telp dan mengaku membutuhkan dana untuk mengikuti tender
sebuah proyek di daerah Sidoarjo, dia mengatakan akan menjaminkan apa saja agar
mendapat persetujuanku.
“Orangnya Ganteng Bu” kata Yuyun (sekertarisku) sambil
tertawa.
“Hus ! Nanti aja! Ya sudah suruh masuk” kataku sambil
membayangkan seperti apa laki-laki yg akan segera menemuiku.
Terdengar ketukan pintu dan akhirnya pintu dibuka oleh Yuyun
sambil mempersilahkan laki-laki itu masuk.
“Mbak Nana?” katanya sambil menyapa.
“Saya Heri yg kemarin menelpon mbak” katanya bersambung.
“O.. ya silahkan duduk” kataku sambil mempersilahkan duduk
di sofa yg memang diperuntukkan bagi calon pemohon dana dalam jumlah besar dan
harus ada pembicaraan yg sangat mendalam termasuk seluk beluk data pribadinya,
cukup ngotot dan tetap menatangku apa saja agunannya asal aku minta pasti akan
dia penuhi, culup lama aku bertanya soal pekerjaan dan data perusahaan.
Lumayan cakep dan tubuhnya “waow” cukup atletis tinggi besar
dan yg penting perangkat di bawah perutnya itu cukup menonjol.
“Tunggu sebentar Mas, aku mau kebelakang” kataku menahan
sesuatu, entah kenapa aku tiba-tiba kebelet pipis setelah melirik dan
membayangkan isi didalam celananya.
“Silahkan mbak, dari pada pipis disini saya yg bingung
nanti” katanya sambil tersenyum nakal.
“Maunya mas tuh!” kataku sambil melesat kedalam kamar kecil
yg memang di ruang kerjaku tersedia di dalamnya.
Aku langsung jongkok dan che… ezz !! (mungkin pembaca
bertanya kenapa kok langsung ceeess kan pakai rok sedikit diatas lutut dan
karena memang aku jarang sekali memakai celana dalam, itupun karena aku merasa
kurang nyaman dan merasa pengap pada mekiku).
Saat membersihkan meki, itilku tersentuh tangan kurasakan
ada rangsangan yg menggelitik sesaat aku permainkan dengan telunjuk (pembaca,
aku sering melakukan “ini” saat tdk ada kerjaan yg mendesak untuk kukerjakan
sampai terengah-engah sampai mendapatkan orgasme). Cerita Sex Klien Langganan
Seks
Oh ya namaku Nana, usiaku sendiri baru 32th dan kehidupan
sex ku biasa (bisa dibilang jarang) saja kadang malah membosankan, mungkin
karena suamiku usianya 15th di atasku. Kadang-kadang aku membayangkan tubuh
seorang laki-laki atau anak buahku (office boy) usianya baru 20th yg berbadan
tegap sering pula dia kusuruh mengepel lantai dan ketika dia mengepel dibawahku
kurenggangkan pahaku agar dia melihat, setelah dia melihat aku memperhatikan
gerak-geriknya namun meskipun aku terangsang aku masih berusaha seolah apa yg
kulakukan tak ku sengaja, setelah dia keluar akupun langsung mengunci pintu dan
masturbasi sepuas mungkin.
Tiba-tiba pintu kamar kecil di belakangku terbuka lebar dan
kulihat Heri sudah berdiri sambil tersenyum melihat apa yg kulakukan.
“Lagi sibuk mbak? mau dibantu?” entah sudah berapa lama dia
berdiri disitu tapi yg pasti dia sudah menurunkan celana kainnya itu.
“Mas jangan kurang ajar ya!” kata ku setengah menghadik dan
mencoba mengembalikan wibawaku yg sempat anjlok gara-gara apa yg kulakukan
diketahuinya.
“Sudahlah mbak Nana cuma aku yg tahu kok!” katanya sambil
matanya melihat apa di balik rok yg masih belum kuangkat, saat aku akan
membetulkan rok ku Heri sudah mendekapku dari belakang.
“Lepaskan!” teriakku.
“Lepas mas, aku sudah punya suami…” aku kembali berteriak memohon
agar dilepaskan, tapi tangannya terlalu kuat mendekapku dan kurasakan tonjolan
di bawah perutnya digesek-gesekkan ke pantatku.
“Tenang mbak Nana aku tahu apa yg kamu inginkan…! Nikmati
saja yg akan kamu alami” bibirnya dekat sekali dengan telingaku dan kurasakan
pula dengusan nafasnya pada leherku.
“Tolong…. jangan…!” dengan sisa kekuatanku aku kembali
berteriak, namun apa guna ruangan kerjaku memang ber-AC dan berkeliling sekat
kaca sementara suasana di luar sangat ramai oleh lalu lalang kendaraan besar
dan Heri pun mengetahui secara pasti kondisi ini.
Kini yg kurasakan tangan nya sudah meraba susuku dengan
gemas dan akupun menggelinjang geli sementara rok dan celana dalam yg kukenakan
masih berada di bawah lututku, tanpa kusadari aku membiarkan apa yg
dilakukannya pada tubuhku dalam hati aku berteriak dan teringat pada suamiku,
sementara tubuhku berkata lain. Dan Heri sangat mengetahui perubahan
perlawananku akhirnya dengan sedikit paksaan tubuhku dibimbingnya keluar dari
kamar kecil itu dan bergerak ke arah sofa ruang tamu.
“Tuh kan… dari pada bermain sendiri lebih naik sama Heri,
mbak” katanya dengan tenang seolah memintaku agar memperbolehkanya bertindak
lebih jauh.
“Eehh…” itulah kata yg akhirnya keluar dari mulutku saat
jarinya mempermainkan tonjolan diatas mekiku, aku sudah membayangkan apa yg
akan segera aku dapat.
aku sudah tak memperdulikan bahwa aku akan diperkosa tapi
aku sedang menunggu sebuah kenikmatan yg datang tanpa aku cari.
“Mbak butuh ini kan” katanya sambil menuntun tangan kiriku
kearah selakangnya.
“Ya ampun” k0ntol laki-laki ini sudah mulai menegang dan
cukup besar, aku membayangkan k0ntol milik suamiku sementara yg aku pegang ini
terasa lebih besar dan panjang, tanpa pikir panjang aku urut k0ntol dalam
genggamanku ini dan terasa semakin membesar.
“Gimana mbak ?… uuhh..” tanya Heri sambil melenguh menikmati
urutan tangan ku pada k0ntolnya.
Tak kujawab pertanyaannya karena aku sedang merasakan
menikmati tangan kanan Heri pada sela-sela mekiku yg sudah mulai membasah tanda
aku telah terangsang. Sebetulnya kali ini aku sudah bebas dari cengkramannya
namun aku tak mencoba untuk melepaskan diri darinya namun aku malah menunggu
apa lagi yg akan diperbuat Heri pada tubuhku.
Cerita Dewasa Klien Langganan Sex
Dengan lembut pemerkosa ini merebahkan tubuhku diatas sofa,
Saat ini Heri sudah mulai mengetahui bahwa aku sudah terangsang.
“Kulit mbak mulus dan menggairahkan bikin k0ntolku tambah
ngaceng” katanya sambil memasukkan telunjuknya pada pada lobang mekiku.
“Aa… ach… kamu… auh…” aku merasa sensasi yg berbeda walaupun
aku sendiri sering memasukkan jari tangan pada mekiku.
Heri mulai melucuti seluruh pakaianku mulai dari celana
dalam sampai blouse dan rok yg aku kenakan walau sedikit kasar tapi malah
membuat aku semakin terangsang dan mengocok k0ntolnya lebih cepat.
“Mas… aku sudah.. ohhh.. punya suami.. aaah…” kataku tak
jelas apa yg aku maksud.
“Tangan… mu.. ooh.. teerus.. mbak Dew.. ahh…” katanya sambil
tangan kirinya mencoba melucuti BH doreng yg ku pakai.
“Waow…” katanya sambil mencucup puting susuku dan…
“Och… eeehh… ya… aa… aah” kata-kataku mulai kacau dan
menikmati jilatan Heri pada susuku.
Tiba-tiba Heri merubah posisi tubuhnya diatas tubuhku dan
mulutnya mulai turun kearah bawah perutku.
“Meki mbak kenyal dan enak..” mulutnya sudah sibuk menjilati
meki serta itilku.
“Uuu.. hhaa….. mas… aa… aayoooo…!” kataku memohon agar
k0ntolnya segera menyusul mengkorek-korek lobang mekiku,
dan memang Heri langsung mengangkat kedua kakiku kekedua
pundaknya dan menyodorkan k0ntolnya kedepan mekiku yg sudah menganga meminta
diisi, sadar k0ntol gede ini akan memberiku kenikmatan segera kutarik pantat
Heri dengan kedua tanganku agar k0ntol gede ini memperlihatkan kebolehannya,
dengan sekali sentak.
“Uu… uh.. k0ntol kamu…. ge.. due.. mas… aahh..” aku histeris
karena baru kali ini aku merasakan k0ntol segede milik Heri, sementara Heri
mulai memaju mundurkan k0ntol besarnya itu aku merasakan sesuatu yg besar
sedang bergerak keluar masuk di dalam mekiku, terasa penuh seluruh rongga
mekiku, yah sesuatu yg selama ini hanya aku bayangkan dan aku lihat saja di
Film Blue.
Alam pikirku sudah tak mempedulikan suasana dan kondisi
ruangan kerjaku, paling-paling Yuyun saat ini sedang menikmati suara kenikmatan
yg keluar dari mulutku melalui intercom yg sengaja aku angkat handlenya (Yuyun
memang sekretaris yg paling suka mendengarkan dan menonton film BF serta sering
mendengarkan suara desahan ku saat aku sedang mengoral suamiku di kantor).
Seolah mendapatkan k0ntol idaman aku pun menjerit nikmat.
“Meki.. m.. bak.. enaa.. aak” katanya sedikit bergetar.
Memang meskipun sudah bersuami aku yakin kalau mekiku masih
keset mungkin karena k0ntol suamiku yg kurang besar atau k0ntol Heri yg memang
gedhe.
“Oo… aack… sentak… mas…” kataku agar dia lebih keras
menyentakkan sodokannya, saat Heri mulai mempercepat gerakannya dan kali ini
aku pun mencoba mengimbangi goyangannya dengan menyambut gerakan maju-mundur
sodokannya yg memang dahsyat.
Entah berapa lama dan berapa posisi kami merasakan
kenikmatan k0ntol dan meki ini, tapi aku tdk merasa bersalah sama sekali, tak
ingat lagi k0ntol kecil milik suamiku, ataupun istri laki-laki ini atau mungkin
karena pemerkosaku memiliki k0ntol super enak bagi mekiku.
Akhirnya, dengan posisi berhadapan dan kaki sebelah kiri
diangkatnya, sesuatu yg kutunggu keluar juga yah aku orgasme!
“Aarch…….! Kon…. tolmu…. heb…. aaat….!” seluruh organ
tubuhku mencengkeram tubuh Heri termasuk mekiku mencengkram k0ntolnya lebih
kuat, sementara Heri mengetahui bahwa aku orgasme diapun tersenyum puas dan
semakin giat menggenjot tubuhku lebih cepat.
“Aauh…” setiap Heri menghunjamkan k0ntolnya pada mekiku.
“Ahh… aku…. kelu….ar mbak” suara Heri sambil sedikit
menggeram.
“Jangan didalam mas!” kataku sedikit berteriak karena Heri
mau keluar segera ku tarik pantatku, ku dorong dia dan kukeluarkan k0ntol gedhe
ini dari dalam mekiku.
Segera aku jongkok dihadapannya sambil kukocok k0ntolnya,
tak berapa lama Heri menegang dan dari k0ntolnya keluar cairan dengan kenceng.
“Creet… creet… creeet…” kuarahkan tembakan pejunya kearah
susuku. Akhirnya laki-laki di hadapanku ini melemas dan terduduk di samping
tubuhku, k0ntol gedhe ini masih mengacung meski sudah tak nampak keras lagi.
Setelah berpakaian kami pun terdiam meskipun aku yakin
diapun tersenyum puas merasakan mekiku, menyadari posisinya yg membutuhkan
persetujuanku.
“Baik mas ini saya setujui tetapi……” kataku terhenti sambil
melirik ke arah k0ntolnya.
“Oh ini mbak beres selama saya membayar cicilan perbulannya
saya sempatkan untuk melunasi meki mbak” katanya sambil mengeluskan tangannya
pada mekiku.
Saat ku antar Heri keluar dari ruanganku kulirik Yuyun, dia
tersenyum namun mukanya memerah penuh nafsu dan aku tahu dia baru saja
masturbasi sambil mendengar suara di intercome. kudekati dia dan kubisiki,
“suatu saat kita kerjain dia berdua ya” kataku sambil kembali ke ruanganku.
Yah, setiap tanggal 12 Heri datang membayar cicilannya di
kasir dia pun melunasi hutangnya pada mekiku yg masih membutuhkan k0ntol super
enak milik Heri.
