Suatu sore aku janjian dengan temanku di salah satu gerai
piza yg terkenal. Ketika aku sampai disana temanku belum kelihatan. Aku duduk
dan pesan minuman. Menit demi menit berlalu, tapi temanku belum juga nongol.
Setelah lumayan lama menunggu, masuklah seorang pria, tdk
muda tapi belum juga tua, mungkin late thirties lah. Dia duduk dekat mejaku dan
matanya terus memandangiku. Mungkin dia tersepona melihat seorang perempuan
seksi, duduk sendiri, seakan mengundang dia untuk mendekatinya.
Dia memesan piza dan minuman. Aku terus saja melihat jam yg
ada di hp ku. Akhirnya kuputuskan untuk meng call temanku itu, tapi jawabannya:
nomor yg dituju sedang tdk aktif atau diluar jangkauan. Ketika aku memutuskan
untuk meninggalkan gerai tersebut, lelaki tadi tersenyum dan bangkit
mendekatiku. Ganteng juga orangnya, tubuhnya atletis, tipeku banget.
“Lagi nunggu temen atau temin”, sapanya.
“Kok temin”, jawabku.
“Iya, temen kalo nunggu lelaki, kalo nunggu perempuan kan
jadi temin”, katanya lagi sambil tertawa,
“Boleh aku temani”.
“Silahkan saja”, jawabku.
Karena pesananannya belum keluar, dia langsung duduk
dimejaku,
“Gak pesen piza, kok cuma minuman aja”.
“Kan nunggu temin, jadi belum pesen pizanya”.
“O nunggu temin toh, kirain nunggu temen. Ya udah pesan aja”,
katanya sambil memanggil waitress untuk memesan piza untukku.
Aku memesan piza kesukaanku.
“Gak pake lama ya mbak”, katanya kepada si waitress.
Dia memperkenalkan diri,
“Namaku Firman”.
“Aku Winda”, jawabku.
Kami lalu ngobrol ngalor ngidul. Ketika pesanannya datang,
tak lama sesudahnya pesananku juga datang. Kami menyantap piza masing-masing
sambil terus ngobrol. Selesai makan,
“Win, kamu ada acara gak”, tanyanya. “Enggak ada kok mas,
kenapa”, jawabku.
Aku memanggil dia mas karena ketika kupanggil pak, dia minta
dipanggil mas aja, kan belum tua , alasannya.
“Nemenin aku belanja bulanan yuk, kalo kamu perlu apa-pa
sekalian aja belanjanya”, ajaknya.
Aku mengiyakan ajakannya. Dia membayar makanan dan minuman
termasuk yg kuminum dan kumakan, kemudian kami meninggalkan gerai menuju ke
mobilnya, Neo Baleno yg paling anyar.
“Mobil baru nih mas, punya mas ya”, kataku setelah duduk
disampingnya.
Mobil meluncur menembus kemacetan menuju ke supermarket yg
katanya deket tempat tinggalnya.
“Enggak, fasilitas kantor”, jawabnya.
“Kalo udah gak kerja dikantor itu, mesti dikembalikan ya”,
kataku lagi.
“Ya iya lah yao”.
“Pantes dapetnya Baleno”.
“Emangnya kenapa”.
“Kan kalo kata orang Jawa baleno artinya kembalikan”.
“Bisa aja kamu”, katanya sambil tertawa,
“Itu mah balek no, inikan baleno”.
“Namanya juga diplesetin mas”. Di supermarket, aku membantu
dia untuk membeli keperluan sehari-hari. Aku tdk membeli apa-pa, karena memang
belum butuh”.
“Kok belanja sendiri sih mas, emangnya istrinya kemana”,
tanyaku.
“Aku dah cerai Win, belum punya anak sih”. Mobil meluncur
lagi dan kali ini masuk ke apartment yg cukup ternama. “Mas tinggal disini,
fasilitas juga mas”, tanyaku.
“Iya”, jawabnya.
“Mas enak ya, banyak dapet fasilitas, coba fasilitasnya
dibagi sama Winda”.
“Kenapa kamu mau tinggal diapartmentku, boleh aja kalo mau”,
katanya sambil senyum menggoda.
Mobil masuk ke basement. Aku membantu dia membawa belanjaan
yg cukup banyak. Kami menuju ke lift, dia memijit lantai 17 dan lift pun
meluncur keatas. Apartmentnya ya seperti apartment yg lain, 2 kamar tidur
dengan kamar mandi diantaranya, ruang tamu yg luas, bersebelahan dengan ruang
makan. Terus ada dapur dan open space, tempat dia menaruh mesin cuci dan
jemuran pakaian. Dia segera unload belanjaannya, diletakkan dimeja makan. Aku
membantunya memasukkan belanjaan makanan ke lemari es, sedang dia membereskan
belanjaan rinso, cairan pel dan sejenisnya di lemari yg lain. Dia sudah selesai
tetapi aku belum karena belanjaan makanan jauh lebih banyak.
Dia berdiri dibelakangku dan memelukku tiba-tiba, langsung
dia mencium kudukku. Aku menggelinjang jadinya,
“maas’, lenguhku.
Segera tangannya menyambar toketku dan meremasnya pelan. Aku
makin menggelinjang karena ulahnya.
“Mas, kok langsung ngeremes sih”.
‘Aku sejak makan piza sudah napsu melihat penampilan kamu
Win”. Memang sih, ketika itu aku pake tanktop ketat dan jeans yg ketat juga,
sehingga lekak liku bodiku mengundang tangan lelaki untuk menjamah dan meremas.
“Aku pengen deh Win”, katanya lagi sambil tetap menciumi
kudukku dan meremas-remas toketku dari luar tank topku. “Pengen apaan mas”,
kataku sambil makin menggelinjang.
“Pengen dapet kepuasan dari kamu. Kamu mau gak muasain aku
Win. Kamu boleh kalo kamu mau tinggal bareng aku disini”.
Napsuku mulai bangkit. Aku membalikkan badan dan dia segera
memelukku. Dia langsung melancarkan ciumanan ganasnya, lidahnya menyelusup
masuk kemulutku, dan aku membalasnya dengan sangat antusias. Kemudian masih
dalam keadaan berdiri dia membuka tanktop dan celana jeansku, hingga aku hanya
memakai bra dan CD yg berwarna hitam. Kemudian ia juga memintaku untuk membuka
baju dan celana panjangnya. Dengan segala senang hati kulakukan permintaannya.
Kini kami dalam keadaan hanya memakai pakaian dalam saja.
Kemudian aku diajaknya kekamar tidurnya dan direbahkan diatas ranjang yg
berukuran double size. Dia mulai melumat bibirku dan menciumi serta menjilat
seluruh tubuhku.
Kemudian ketika dia mencium CDku, di bagian memekku yg sudah
basah, aku menggelinjang dan sesekali merintih-rintih keenakan. Setelah dia
puas menciumi seluruh tubuhku, kemudian dibukanya bra dan CDku. Dia juga
melepaskan pakaian dalamnya, kini kami berdua sudah benar-benar bugil.
“Win, toket kamu besar dan kenceng ya. Pentilnya besar lagi.
Udah sering diemut dan diremes ya Win”.
“Ya begitulah, cowok kalo dah diranjang kan bawaannya mau
netek melulu. Mas juga mau netek kan”. Dengan sangat bernafsu dilumatnya
pentilku yg berwarna coklat kemerah-merahan.
Dia juga meraba dan mengusap jembutku yg sangat lebat. Dia
semakin bernafsu mencium dan menjilat seluruh tubuhku. Kemudian dia memasukkan
dua jari tangannya ke dalam memekku yg sudah basah, sedangkan lidahnya sibuk
menjilati pentilku. Aku semakin merintih-rintih dan menggelinjang serta nafasku
mulai berat. Kemudian dibukanya kedua pahaku lebar-lebar agar dia dapat dengan
leluasa memainkan lidahnya ke dalam memekku. Dia menjilati dan memainkan itilku
dengan penuh gairah.
Aku menggelinjang dan merintih saking nikmatnya, tapi dia tdk
menuntaskan permainannya. Sekarang giliran aku yg mengambil alih aktivitas. Aku
merebahkannya dan duduk diatasnya. Bibirku kukecup ringan beberapa kali, dia
memelukku dan mengulum bibirku dengan penuh napsu, tetapi sebelum menjadi
panas, ciuman kuhentikan. Aku mencium lembut dahinya, dia terpejam menikmati
ciumanku.
Beberapa kali kuberikan kecupan mesra didahinya, kemudian
ciumanku turun perlahan kebelakang telinganya. Kugelitik daun telinganya dengan
lidahku sambil kuhembuskan napasku. Sekarang ganti dia yg menggelinjang kegelian.
Dari telinga, ciumanku menurun ke pangkal lehernya, kepalaku menyusup ke
lehernya supaya lidahku bisa menjelajahi sedikit bagian kuduknya. Gelinjangnya
makin menjadi,
“Wiin”. Sambil kukecup, tanganku pun ikut mengelus dan
memijat ringan daerah kuduknya.
“Win, aku udah napsu banget, dimasukin dong”.
“apanya mas”.
“Penisku udah pengen ngilik memek kamu, Win”, lenguhnya
menikmati jilatan, usapan dan pijitan ringan di kuduknya.
Aku gak perduli sama lenguhannya. Aku mulai menciumi lengan
terus sampai ke jarinya. Lidahku terus menjelajah sampai ujung jarinya.
“Win, kamu pinter banget memanjakan lelaki, udah pengalaman
ya”, desahnya lagi.
Aku tdk menjawab, lidahku kembali naik dari jari tangan ke
lengannya, kemudian ke bahunya. Kupijit ringan kedua bahunya sambil terus
kukecup pelan. Dari bahu aku turun kedaerah dada. Pentilnya kujulati sambil
kugigit pelan, kembali dia melenguh kenikmatan, kemudian pentilnya kuemut-emut,
sama seperti ketika dia mengemut pentilku.
“Ayo dong Win, dah pengen masuk nih”.
“Mas sabar aja, ntar juga penis mas Winda masukin ke memek
Winda, ntar Winda empot deh penis mas pake memek Winda. Sekarang nikmati dulu
aja, kan kita gak ada acara lain kan, atau mas ada janji dengan perempuan
lain”.
“Gak ada kok Win, cuma ama kamu aja”. Setelah puas bermain
dengan pentilnya, aku turun ke perutnya yg berbulu dan sampailah pada penisnya
yg sudah tegang dan diliputi dengan jembut yg lebat juga. Bagian atas jembutnya
nyambung dengan bulu-bulu diperutnya.
Kujilati penisnya yg berukuran lumayan panjang dan besar
(kira-kira 20 cm dengan diameter 4,5 cm). Aku menjilat dan mengulum penisnya.
Kemudian turun ke kantong pelernya, naik lagi sampai ke kepala penisnya yg
dudah sangat keras. Kujilati lubang kencingnya dan kepalanya kuemut sedikit.
Mulutku langsung penuh ketika seluruh kepalanya kumasukkan kembali kemulutku
untuk ku emut-emut. Tdk lama kuemut penisnya, biar dia tambah penasaran,
jilatannya turun lagi kepangkal penisnya ke kantor pelernya dan kujilati
perineumnya yg berada diantara kantong peler dan lubang pantatnya. Dia
mengerang keenakan,
“Win, jangan siksa aku dong, ayo aku dah pengen ngerasain
empotan memek kamu”.
Mas Firman langsung bangkit, aku direbahkannya, kakiku
dikangkangkannya dan dia mengambil ancang-ancang untuk memasukkan penisnya ke
dalam memekku yg sudah basah. Diselipkannya kepala penisnya dibibir memekku.
Terasa sekali memekku dikuakkan oleh sesuatu yg bulat panjang besar dan keras
sekali, sedikit-sedikit dienjotkannya penisnya membor memekku. Nikmat banget
rasanya memekku dikuakkan oleh penis besarnya.
“Terusin mas, masukin yg dalem, enak banget deh rasanya”,
erangku.
Penisnya sudah masuk setengahnya. Dia mendiamkan sejenak
aktifitasnya. Giliran aku yg protes,
“Kok berenti mas, terus dong dienjotnya”, kataku sambil
mengangkat pantatku keatas. akibatnya penisnya ambles lagi sebagian ke memekku,
“Aaaakh”, erangku, pantatku kembali terempas keranjang.
Kemudian dia mulai menaik-turunkan pantatnya secara perlahan
dan beraturan. Dan secara perlahan-lahan dia membenamkan penisnya
sedalam-dalamnya, hingga akhirnya seluruh batang penisnya amblas ke dalam
memekku. Aku mulai memutar pinggulku mengiringi keluar masuknya penisnya di
memekku, sehingga semakin menambah kenikmatan pergumulan kami saja. Dia semakin
bersemangat untuk memainkan penisnya dengan cepat. Permainan kuimbangi dengan
menjepit pantatnya dengan kedua kakiku. Aku merasakan penisnya semakin mentok
saja mengenai ujung rahimku. Kukedutkan otot memekku sehingga dia mengerang,
“Win, berasa banget deh empotan memek kamu, nikmat banget,
terus diempot Win”.
Kami berganti posisi dengan cara sambil duduk. Aku semakin
terlena, karena posisi tersebut membuat penisnya semakin bergesekan dengan
itilku, sehingga hal itu membuat aku semakin terbakar napsu. Kami sempat
beristirahat sejenak, karena posisi tersebut banyak menguras tenaga kami.
Sambil istirahat dia meremas-remas dan menjilati serta menghisap pentilku
secara bergantian.
Setelah tenaga kami terkumpul, kami melanjutkan kembali
dengan lebih menggebu-gebu. Setelah kira-kira 25 menit kami bergumul hebat, aku
mulai merasakan mendekati akhir permainan, aku udah mau nyampe. Memekku makin
berdenyut meremas penisnya yg terus dengan gencar menusuk-nusuk memekku yg
makin banjir aja.
“Win, aku sudah mau ngecret nih, keluarinnya sama-sama ya..?”
Aku menjawab dengan terputus-putus,
“Ia.. mas.. sshhh.. cepetan dong ngenjotnya, Winda.. sebentar
lagi nyampe nih..!” Dengan nafas yg tdk beraturan, dia menjawab,
“Tahan sebentar ya, aku juga sudah mau ngecret..” Tdk lama
kemudian aku mengejan dan merintih dengan keras,
“Mas, Winda nyampeeee”. Memekku makin berdenyut meremes
penisnya yg disodokkan keluar masuk dengan cepat dan keras.
Dan akhirnya terasa semburan peju hangat didalam memekku,
“Ooohhh.. shhh…” hampir bersamaan kami melenguh mengakhiri
perjalan yg melelahkan dan penuh kenikmatan.
“Mas.., memek Winda hangat banget sama peju mas..” aku
memberikan komentar puas dengan keperkasaannya.
“Nikmat banget deh dientot mas, lagi ya mas”.
“iya lah, kamu pasti gak puas kan cuma seronde. Aku juga
masih pengen ngerasain lagi empotan memek kamu. Hebat banget deh empotan kamu,
aku belum pernah ngerasain empotan senikmat empotan kamu Win”.
“Mas sering ya ngentotin abg”.
“Iya, kan aku butuh penyaluran”.
“Ada yg mas ajak tinggal disini juga mas”.
“Pernah ada yg nemenin aku disini, tapi orangnya dah pergi”.
“Wah asik dong mas, saben malem dong ngentotnya”.
“La iya lah, kalo enggak buat apa ada dia disini. Kamu mau
gak tinggal disini, nanti kita bisa berbagi kenikmatan tiap malem, mau ya Win”,
bujuknya.
Aku diam saja, masih terengah kecapean.
Kemudian aku meremas tangannya. Tdk hanya meremas, tapi juga
mencium dan bahkan menjilati jari-jarinya. Aku membimbing tangannya,
mengusap-usapkan tangannya ke wajahku, ke leher dan ke dada lalu ke toketku.
Diberi peluang mengelus toket, segera dia merespon dengan gerakan meremas.
Tanganku ikut membantu tangannya meremas toketku. Diremas-remas toketku dari
sebelah ke sebelah. Dipilinnya pentilku lalu diusap. Gerakan itu terus menerus
secara bergantian.
Aku kembali terangsang. Bahuku bergoyang-goyang terus.
Tangannya kemudian kutarik menjauh dari toketku. Telapak tangannya kubawa
mengelusngelus perutku, mengilik-ngilik puserku sehingga aku menggelinjang
kegelian. Tangannya kemudian merayap kebawah, terus sampe bertemu dengan
jembutku. Jangkauannya kini maksimal, padahal belum nyampe memekku.
Aku menaikkannya badanku sedikit dan kini jari-jarinya bisa
mencapai belahan memekku yg sudah mulai basah. .Jari tengahnya dengan mudah
menyusup ke dalam dan menemukan itilku yg sudah mengeras. Lalu dia memainkan
jari tengahnya. Pinggulku menggeliat mengikuti irama sentuhan jari tengahnya.
Aku menggelinjang, ketika bagian paling sensitifku tersentuh.
Cukup lama dia mengilik itil dan memekku sampai kemudian aku
menjepit tangannya dan memekku berkontraksi. Aku nyampe lagi berkat kilikan
jarinya. Hebat banget dia memuaskan aku baik dengan penisnya maupun jarinya.
Dia menarik jarinya keluar.
Aku pun segera menaiki tubuhnya dan mengambil ancang-ancang
untuk menancapkan kembali penisnya yg sudah ngaceng dengan kerasnya. Dengan tdk
sabar aku meraih penisnya dan kutuntun ke arah memekku. Ketika penisnya mulai
memasuki memekku, terasakan dinding memekku yg sudah banjir menghangatkan dan
memijat-mijat batang penisnya. Aku mulai menggerakkan pinggulku ke atas ke
bawah, dan kuputar ke kiri dan ke kanan.
Sedangkan tangannya mulai meremas-remas toketku yg besar dan
kencang. Aku dengan sangat bernafsu menekan pantatku kuat-kuat, sehingga
penisnya seluruhnya amblas ditelan memekku. Kali ini aku yg memegang peranan,
dia menurut saja. Dia mengangkat badannya untuk melumat pentilku.
Perbuatannya semakin membuat aku mabuk kepayg. Aku memeluk
kepalanya ke arah toketku. Pantatku semakin cepat kuitarik dan kuputar-putar.
Hingga akhirnya aku kembali nyampe. Dia yg belum ngecret membuat keputusan
berganti posisi dengan dogie style. Aku mengambil posisi menungging, kemudian
dia mengarahkan penisnya ke memekku lewat belakang. Dia sangat bernafsu sekali
melihat pantatku yg lebar. Tangan kanannya memegang dan menepuk-nepuk pantatku,
sedangkan tangan kirinya meremas-remas toketku.
Gerakan tersebut dilakukannya secara bergantian. Ternyata
posisi tersebut membuat aku makin bernapsu, karena itilku terkena gesekan
penisnya. Kali ini aku mulai memberikan perlawanan. Aku menggoyang- goyangkan
pantatku maju mundur berlawanan dengan arah goyangan pantatnya. Ketika dia
mendorong pantatnya aku menyodorkan pantatku ke belakang, dan ketika dia
menarik pantatnya ke belakang aku menarik pantatku kedepan.
Irama nafas kami semakin cepat, kami melakukan goyangan
dengan cepat, sehingga setiap kali dia mencabut dan menyodok memekku dengan
penisnya timbul bunyi akibat memekku yg banjir oleh lendir. Aku mulai merasakan
kembali mau nyampe. Dia merasakan kedutan memekku makin cepat terjadinya
sehingga dia menyodokkan penisnya keluar masuk makin cepat juga. Sampai
akhirnya punggungku melengkung dan aku aku nyampe lagi.
Dia mencabut penisnya dari memekku. Aku dibaringkannya.
Bibirnya menyentuh bibirku dengan lembut. Ujung lidahnya menjilati bibirku. Dia
segera mengecup kulit putih tepat dibelakang telingaku, aku mengerang
“ Mas, geli, bulu roma Winda jadi berdiri semua “.
“Tapi asik kan Win”, jawabnya sambil terus mengerakkan bibir
dan lidahku meluncur di leherku.
Rupanya dia mau melakukan hal yg tadi aku lakukan
terhadapnya. Leherku dijilat dengan lembut dan pelan, terus turun ke arah
pentilku, langsung dihisapnya dengan lembut. Tubuhku kembali bergetar.
“Oohhhh mas, Winda udah pengen lagi mas”. Dia kembali
mendekapku dengan pelan, penisnya ditempatkan persis ditengah belahan memekku.
“ Ouuuuuuuuuuuuh mas, Winda udah basah mas”
Dia menggerakkan pinggulnya turun naik penuh irama , pelan
pelan penisnya menyentuh itilku.
“A aaah mas.” Kedua tangannya mulai membelai toketku dengan
gerakan melingkar dari bawah keatas dan berakhir dipentilku yg tegak berdiri.
Pelan pelan kedua kakiku dikangkangkannya, sekarang memekku
terbentang jelas. Kepala penisnya diletakkan persis ditengan tengah bibir
memekku dan dengan gerakkan turun naik yg berirama penisnya mulai menggosok
bibir memek dan itilku. Aku mulai menekan pinggulnya agar kepala penisnya lebih
erat menepel di memekku. Gerakkannya semakin cepat dan pingulkupun mulai turun
naik seirama tarian dangdut penisnya. Lendir memekku semakin banyak membuat
penisnya dengan leluasa bergerek didekapan memekku. Gerakanku semakin lama
semakin liar, aku mulai menggigit bahu dan teteknya, jemariku mencengkram
kencang pantat belakangnya.
“ Maas, Winda ngerasa melayg. Winda gak tahan….. masukin dong
penisnya maas, oouhhh”. Sebelum aku terkulai lemas karena nyampe lagi, diapun
gak bisa tahan lebih lama lagi.
Basahnya memekku dan gesekan kepala penisnya akhirnya membuat
dia ngecret juga, padahal gak dimasukin kedalam. Pejunya berhamburan membasahi
memek dan jembutku. Aku tertidur karena kecapean.
Jam 12 malam kami terbangun karena lapar, tetapi sebelum
bangun dia menyentuh toketku. Akibatnya Ruar biaasa . Aku langsung teransang
dan mencium bibirnya penuh semangat. Rasa lapar sepertinya tertunda untuk
dipuaskan, napsu yg lain kembali mendesak untuk didahulukan.
Ciumanku disambutnya dengan hangat, pelan tapi pasti
pergumulan kembali terulang, remas berbalas remas, kecup dibalas kecup, jilat
dibayar jilat. Memekku disibaknya dengan jari, ujung lidahnya menerobos dengan
lembut menuju itilkunya. Itilku itu dihisap lembut, pelan dan sedikit dijilat
dengan ujung lidah. Aku mebalikkan tubuhku sehingga aku sekarang mengangkangi
kepala nya dan mulutku persis berada didepan penisnya. Kukecup lubang
kencingnya.
“ OOOuuhhh Win, jilat terus….”
“Iya mas tapi mas jangan diam dong ………” Dia lupa dengan
tugasnya karena keasyikan kuhisap.
Lidahnya kembali beraksi, kali ini sedikit menerobos kedalam
memekku. Aku menggelinjang hebat, pahaku makin menjepit mukanya, tapi hisapan
dan kulumanku dipenisnya juga semakin kencang. Posisi kembali berubah, sekarang
aku telentang tepat dibawahnya. Kakiku terentang membuat posisi memekku jelas
terbuka, pelan pelan ditempatkannya ujung penisnya dilubang memekku.
“Ayo dong mas, masukin yg dalam”, erangku gak sabar.
Dia malah mengemut pentilku, aku kembali bergetar hebat dan
tanpa dia sadari kepala penisnya pelan pelan telah membuka jalan masuk ke
memekku.
“ Maas, nikmat………”, aku mendekapnya ketika penisnya telah
hampir separuh nsuk ke memekku.
Dinding memekku kembali berdenyut mencengkeram penisnya. Dia
menarik penisnya pelan, kepalanya diarahkannya ke itilku. Dengan gerakan
mencongkel yg lembut ujung penisnya beradu dengan itilku.
“Oooh mas, Winda gak tahan nih, masukin dong penisnya”.
Penisnya kembali dimasukkan ke memekku sampe ambles semuanya.
“Masuk semuanya ya mas, sesek banget deh memek Winda
rasanya”. Dia mulai mengenjotkan penisnya keluar masuk memekku, mula-mula pelan
dan makin lama makin cepat enjotannya.
“Maas, nikmat. Enjot lebih keras lagi dong mas”, rengekku
kenikmatan.
Enjotannya makin menggila, itu membuat aku kembali nyampe.
“Cepet banget Win, udah nyampe lagi”. Aku tdk menjawab
menikmati nyampenya tadi.
Sampe akhirnya diapun ngecret, terasa sekali peju angetnya
menyembur membasahi memekku.
Kami berpelukan erat sambil menghayati kenikmatan yg barusan
kami lakukan.
